PBB: Situasi Haiti Makin Memburuk, Anak-anak Kekurangan Gizi

Jakarta, IDN Times - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa situasi di Haiti semakin memburuk dan menyebutnya sebagai bencana.
Kepala UNICEF Catherine Russel mengatakan, 3 juta anak di Haiti butuh bantuan kemanusiaan karena kekerasan geng menghambat penyaluran bantuan.
Dalam pertemuan dengan Dewan Keamanan pada Selasa (23/4/2024), dia mengatakan banyak layanan publik yang penting telah runtuh di beberapa daerah. Masyarakat kehilangan akses terhadap makanan dan air minum yang aman.
Sekitar 2,7 juta orang tinggal di bawah kendali kelompok bersenjata. Anak-anak direkrut bergabung kelompok tersebut karena putus asa. Sekitar 30-50 persen kelompok bersenjata memiliki pasukan anak-anak dalam kelompok mereka.
1. Ibu kota Port-au-Prince diblokade
Haiti telah dirusak selama bertahun-tahun oleh geng bersenjata. Mereka meningkatkan serangannya pada akhir Februari ketika Perdana Menteri (PM) Ariel Henry melakukan perjalanan ke Kenya.
"Situasi di Haiti adalah bencana besar dan semakin hari semakin buruk. (Ibu kota) Port-au-Prince sekarang hampir sepenuhnya tertutup karena blokade udara, laut dan darat," kata Russel dikutip dari Reuters.
Henry telah dilarang memasuki Haiti dan berjanji mundur pada 11 Maret ketika berada di luar negeri. Kini negara tersebut sedang mempersiapkan pelantikan dewan transisi beranggotakan sembilan orang untuk mengambil alih kepemimpinan.
Dewan transisi akan dilantik di Istana Nasional, meski tanggalnya belum dapat dikonfirmasi.
2. Kelompok bersenjata kuasai 90 persen ibu kota
Geng-geng Haiti tergabung dalam aliansi Viv Ansanm dan mengepung ibu kota dengan tujuan menggulingkan Henry. Meski Henry siap mundur usai dewan transisi dilantik, serangan di Port-au-Prince tidak berhenti.
"Setiap hari, anak-anak terluka atau terbunuh. Ada yang direkrut, atau mereka bergabung dengan kelompok bersenjata karena putus asa," kata Russel dikutip dari BBC.
Geng tersebut melakukan penjarahan di universitas, perpustakaan, membakar apotek dan memaksa penutupan rumah sakit terbesar di ibu kota. Kelompok bersenjata disebut telah menguasai sekitar 90 persen dari Port-au-Prince.
Pada Senin, terminal impor bahan bakar Varreux terpaksa menghentikan operasinya karena geng bersenjata menyita truk dan memblokir akses jalan.
Di hari yang sama, bentrokan antara polisi dan anggota geng terjadi di sekitar Istana Nasional. Setidaknya satu orang tewas dalam insiden baku tembak.
3. Kekacauan politik dan ekonomi yang memburuk

Selama kuartal pertama 2024, sekitar 2.500 orang terbunuh, diculik atau terluka akibat kekerasan geng. Ini meningkat 53 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Dilansir dari laman resmi PBB, 5,5 juta orang, termasuk 3 juta anak-anak, membutuhkan bantuan kemanusiaan.
"Pada intinya, krisis di Haiti adalah krisis perlindungan. Kekacauan politik selama bertahun-tahun dan kondisi ekonomi yang buruk telah menyebabkan berkembangnya kelompok bersenjata," kata Russel.
Parahnya, satu-satunya koridor kemanusiaan dari ibu kota ke wilayah selatan telah diblokir. Akses PBB ke pelabuhan juga terputus. Ini menyebabkan hampir 300 kontainer berisi pasokan kemanusiaan terdampar begitu saja.
PBB dan mitra bantuan berupaya menjangkau anak-anak dan keluarga yang paling rentan. Mitra kemanusiaan PBB telah menciptakan platform logistik, menyediakan bandara internasional sekunder dan pelabuhan yang tetap beroperasi. Mereka juga berusaha membuka jalur pasokan baru ke Port-au-Prince.