Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Logo Hamas (Shebab News, t.me/ShebabTelegram)

Jakarta, IDN Times - Kelompok pejuang Palestina, Hamas, disebut tampaknya bakal menolak kerangka baru perjanjian gencatan senjata di Jalur Gaza, yang kabarnya telah disetujui Israel.

Dilansir dari Times of Israel, Selasa (30/1/2024), Hamas mengeluarkan pernyataan bersama dengan kelompok kecil Front Pembebasan Palestina, yang menegaskan bahwa Israel harus menghentikan agresi dan menarik diri dari Gaza sebelum kesepakatan pertukaran sandera.

“Pertama-tama, kita berbicara tentang gencatan senjata yang lengkap dan komprehensif dan bukan gencatan senjata sementara. Begitu pertempuran berhenti, detil selanjutnya soal pembebasan bisa didiskusikan,” kata seorang pejabat senior Hamas.

1. Proposal gencatan senjata diajukan Qatar

Gedung-gedung yang hancur akibat serangan Pendudukan Israel terhadap rumah-rumah warga sipil Palestina di Gaza di utara Kamp Jabalia, utara wilayah Al-Sikka, Rabu (11/11/2023). (Dok. Yayasan Persahabatan dan Studi Peradaban (YPSP))

Sebuah proposal berisi kerangka kerja untuk gencatan senjata di Jalur Gaza dan pembebasan sandera bakal diberikan ke kelompok pejuang Palestina, Hamas dan juga Israel. Proposal tersebut diajukan oleh Qatar, yang berperan sebagai mediator.

Isi proposal tersebut adalah penghentian permusuhan atau gencatan senjata selama 6 jam untuk pembebasan sandera Israel yang membutuhkan perhatian medis segera.

Sebagai imbalan, Israel diminta untuk membebaskan sejumlah warga Palestina yang mereka tahan, serta menambah jumlah bantuan kemanusiaan di Gaza.

2. Hamas diminta lepas sandera tentara Israel

ilustrasi truk bantuan ke Gaza (twitter.com/@UNRWA)

Selain itu, Hamas juga diminta untuk membebaskan tentara perempuan Israel lalu tentara laki-laki Israel, serta menyerahkan jenazah warga Israel yang tewas di Gaza. Disebutkan juga upaya Hamas untuk memperoleh jaminan internasional termasuk dari Amerika Serikat (AS).

Sampai saat ini, setidaknya masih ada 136 sandera warga Israel yang di bawah kontrol Hamas sejak 7 Oktober 2023.

3. Proposal tidak memuat soal gencatan senjata permanen

potret sebuah gedung yang hancur di Jalur Gaza.(unsplash.com/ Emad El Byed)

Sementara itu, proposal tersebut dikatakan tidak memuat soal gencatan senjata permanen, seperti yang diminta Hamas. Namun, tidak mengesampingkan gencatan senjata sementara di Gaza.

Menurut Channel 12, tawasan tersebut memuat 45 hari gencatan senjata dengan imbalan pembebasan 35-40 sandera pada tahap pertama dari Hamas dan 100-250 tahanan Palestina dari Israel.

Hal ini akan diikuti dengan pembebasan lebih lanjut sebagai imbalan atas perpanjangan gencatan senjata.

Editorial Team