Jakarta, IDN Times – Kelompok perjuangan Palestina, Hamas, menyetujui tahap pertama rencana gencatan senjata Gaza yang diusulkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Kesepakatan ini disebut mencakup penghentian perang, penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza, masuknya bantuan kemanusiaan, serta pertukaran tahanan.
Langkah ini menandai pertama kalinya sejak dua tahun perang Gaza dimulai pada Oktober 2023, Hamas secara terbuka menyatakan kesediaan untuk menerima rencana perdamaian yang dimediasi AS.
"Hamas mengumumkan, kesepakatan telah dicapai yang mengakhiri perang di Gaza," tulis kelompok itu dalam pernyataannya di Telegram, dikutip Anadolu, Kamis (9/10/2025).
Dalam pernyataannya, Hamas menyampaikan apresiasi terhadap peran berbagai negara mediator, terutama Qatar, Mesir, dan Turki, yang selama ini berupaya memfasilitasi proses negosiasi.
"Kami sangat menghargai upaya saudara-saudara mediator di Qatar, Mesir, dan Turki. Kami juga memuji upaya Presiden AS, Donald Trump, yang bertujuan untuk mengakhiri perang secara final dan menarik seluruh pasukan pendudukan Israel dari Jalur Gaza," bunyi pernyataan Hamas.
Langkah ini menunjukkan pergeseran signifikan dalam sikap kelompok tersebut terhadap inisiatif dengan keterlibatan AS, yang selama ini dikenal sebagai sekutu utama Israel. Sumber diplomatik di kawasan menyebut, penerimaan tahap pertama merupakan hasil dari pertemuan intensif di Kairo dan Doha dalam beberapa pekan terakhir.
Hamas juga menyerukan agar negara-negara penjamin kesepakatan dan komunitas internasional menekan Israel untuk memenuhi kewajiban yang telah disepakati dalam perjanjian gencatan senjata.
"Kami menegaskan, pengorbanan rakyat kami tidak akan sia-sia dan kami tidak akan menyerahkan hak nasional kami untuk kemerdekaan dan penentuan nasib sendiri," tulis Hamas.
Kelompok itu meminta agar implementasi kesepakatan segera dimulai, terutama terkait dengan masuknya bantuan kemanusiaan ke wilayah Gaza yang kini menghadapi bencana kelaparan.
Hamas menegaskan, pelaksanaan kesepakatan akan menjadi tolok ukur bagi kredibilitas komunitas internasional dalam menegakkan keadilan bagi rakyat Palestina.
Perang di Gaza telah berlangsung selama dua tahun sejak meletus pada Oktober 2023. Serangan Israel sejauh ini telah menewaskan hampir 67.200 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Wilayah Gaza kini nyaris tidak dapat dihuni akibat kehancuran besar dan blokade yang menyebabkan kelaparan serta penyebaran penyakit.
Laporan PBB menyebutkan lebih dari 80 persen warga Gaza kini hidup tanpa akses air bersih dan listrik, sementara ratusan ribu orang masih mengungsi tanpa tempat tinggal tetap. Kesepakatan yang baru diumumkan ini diharapkan menjadi langkah awal menuju gencatan senjata permanen dan rekonstruksi Gaza yang telah hancur total.