Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Tangkapan layar salah satu sandera bernama Noa Argamani (26) dalam video yang beredar pada 14 Januari 2024. (Telegram/Brigade Al Qassam)
Tangkapan layar salah satu sandera bernama Noa Argamani (26) dalam video yang beredar pada 14 Januari 2024. (Telegram/Brigade Al Qassam)

Jakarta, IDN Times – Hamas menayangkan kondisi sandera Israel yang ditawannya sejak 7 Oktober pada Minggu (14/1/2023). Mereka mendesak agar Israel segera menghentikan serangan terhadap para pejuang Islam di Palestina.

Video berdurasi 37 detik itu menampilkan warga Israel bernama Noa Argamani (26), Yossi Sharabi (53), dan Itay Svirsky (38). Tayangan itu telah tersebar luas di jagad maya dan disebarkan secara berulang kali.

“Besok kami akan memberitahu Anda tentang nasib mereka. Pemerintah kalian berbohong,” demikian tertulis di akhir video.

1. Beberapa sandera kemungkinan terbunuh

Hamas sebelumnya mengatakan, pihaknya kehilangan kontak dengan beberapa sandera akibat serangan brutal Israel secara terus menerus. Kemungkinan sandera terbunuh akibat serangan tersebut.

Sementara itu, sejak awal Israel enggan menanggapi pesan publik Hamas mengenai para sandera karena dianggap sebagai perang psikologis. Pemerintah Israel juga mengaku sadar betul akan dampak serangan mereka terhadap kondisi para sandera.

“Operasi militer membutuhkan waktu. Hal ini mewajibkan kami untuk melakukan hal yang tepat, dan kami menyesuaikannya sesuai dengan ancaman dan sandera yang ada di lapangan,” kata juru bicara kepala angkatan bersenjata Laksamana Muda Daniel Hagari, pada Minggu, dilansir The Straits Times.

2. Masih banyak warga Israel yang disandera

Ilustrasi bendera Israel (Unsplash.com/Levi Meir Clancy)

Dari sekitar 240 orang yang ditangkap Hamas dalam pembunuhan besar-besaran lintas batas pada 7 Oktober yang memicu perang, sekitar setengahnya dibebaskan dalam gencatan senjata pada November. Israel mengatakan, 132 orang masih berada di Gaza dan 25 di antaranya tewas dalam penyanderaan.

Krisis penyanderaan telah memukau warga Israel yang sudah terguncang oleh perang tersebut. Beberapa kerabat para tawanan telah mendesak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk melakukan gencatan senjata lagi atau bahkan membatalkan perang.

Namun, dia berjanji akan terus berjuang sampai Hamas hancur, yang menurutnya akan memungkinkan pembebasan para sandera.

Pada Desember, Netanyahu mengatakan di parlemen bahwa dia telah meminta Beijing untuk membantu membebaskan sandera. Salah satu dari sandera adalah warga China yakni Liora Argamani. Ia memohon agar putrinya dapat bertemu kembali sebelum dia meninggal.

3. Perang berkelanjutan

Anak-anak di Gaza. (twitter.com/@UNICEF)

Perang antara Israel-Hamas masih terus berlanjut. Dilansir Middle East Eye, konflik telah menewaskan sekitar 23,968 warga Palestina, di mana mayoritas adalah anak-anak dan wanita.

Belum ada tanda-tanda akan dilakukannya gencatan senjata antar kedua pihak. Reaksi dunia masih ramai mengecam perlakuan Israel.

Di Pengadilan Internasional di Den Haagh Belanda, Afrika Selatan menuntut tindakan Israel atas kejahatan Genosida. Namun gugatan itu ditolak Israel dengan alasan pertahanan diri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team