Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Al-Jazeera

Roma, IDN Times - Hasil Pemilu Italia terbaru yang menghasilkan dominasi dua partai sayap kanan, The League dan 5-Star Movement, ternyata membuat lebih dari 600.000 imigran asal Afrika yang tersebar di seluruh penjuru negeri makin cemas akan nasibnya.

Kedua partai tersebut semasa kampanye memang menjanjikan akan mengusir semua imigran dengan alasan mereka dianggap telah “merebut dan merusak ekonomi Italia”. Puncaknya adalah ketika seorang kader partai The League sekaligus penganut paham neo-fasis menembak enam imigran Afrika di kota Macerata, Italia tengah, pada awal bulan Februari lalu.

Termasuk Zak, seorang imigran berusia 17 tahun asal Gambia. "Saya mengikuti kampanye Pemilu Italia dengan seksama dari hari ke hari, dan hampir semua partai, terutama partai kanan seperti The League, menimpakan masalah ekonomi mereka kepada kami," ujarnya saat diwawancarai The Guardian.

"Di Sisilia, pengangguran muda mencapai 57% tapi pemerintah setempat malah tidak berusaha mengatasinya. Ketika para politisi mengatakan bahwa penyebabnya adalah imigran, orang Italia malah mempercayainya," lanjut Zak.

1. Dua partai berhaluan sayap kanan muncul sebagai kekuatan dominan pada Pemilu Italia terbaru. Mereka adalah The League yang dipimpin oleh Matteo Salvini (Kiri) dan 5-Star Movement dengan Luigi Di Maio (Kanan) sebagai ketuanya

BBC

Zak tinggal dalam sebuah penampungan remaja di Sisilia setelah menyeberangi Laut Tengah menggunakan kapal kayu dan terkatung-katung selama puluhan hari. Dia mengaku terpaksa lari dari negaranya dengan alasan tidak ada kebebasan.

Saat singgah di Libya selama delapan bulan demi menunggu giliran menyeberang, Zak mengaku mendapat penyiksaan dari penduduk setempat.

BBC melansir bahwa dalam Pemilu pada hari Minggu (4/3/2018) pekan lalu, partai sayap kanan The League dan Forza Italia yang membentuk koalisi meraup suara sebanyak 37%. Sementara 5-Star meraih 32,6%.

Meski tidak ada yang berhasil meraih suara mayoritas untuk memerintah, banyak analis politik memperkirakan bahwa ketiga partai akan segera membicarakan koalisi demi menguasai parlemen.

"Ini kemenangan fantastis yang membuat kami bangga," kata Matteo Salvini, pemimpin The League, saat hasil Pemilu diumumkan pada Senin (5/3/2018) lalu. Dia menyebut bahwa warga Italia telah melangkah maju untuk bebas dari "kekangan yang membawa kelaparan dan ketidakamanan kembali di Eropa".

Dalam pidato yang sama, Salvini kembali mempertegas sikapnya yang anti Uni Eropa dan sistem mata uang tunggal serta komitmen mengusir imigran yang dia sebut “perebut lahan pekerjaan”. Selain dikenal anti-imigran, Salvini diketahui pernah berpidato tentang “bahaya agama Islam”.

2. Situas jelang Pemilu memanas usai Luca Traini, kader partai The League dan penganut paham neo-fasis, melepaskan tembakan ke arah enam imigran Afrika di kota Macerata

Sputnik News

Di sisi lain, koalisi sayap kiri yang memimpin pemerintahan Italia saat ini hanya memperoleh 22,8%. Alhasil mereka pun akan menjadi oposisi di pemerintahan berikutnya. "Orang-orang Italia telah meminta kami untuk menjadi oposisi dan kami akan melakukannya," kata Perdana Menteri Matteo Renzi seperti dilansir oleh Reuters.

Ketika ditanya tentang kemungkinan menjajaki kemungkinan koalisi dengan pemenang Pemilu, Renzi menegaskan pihaknya tidak akan bekerja sama dengan partai-partai yang disebutnya "anti-sistem tersebut".

Saat hasil Pemilu keluar, para imigran dilaporkan beramai-ramai memenuhi kantor polisi guna memperbaharui izin tinggal mereka. Namun berkas baru bisa diproses pada pertengahan tahun ini alias ketika pemerintahan baru, yang berencana mengusir mereka, telah mengambil alih pemerintahan.

Para penduduk lokal pun mengaku turut merasakan kecemasan para imigran. Agata Ronsivalle, seorang sukarelawan guru bahasa Italia di sebuah rumah detensi, mengaku propaganda partai kanan malah membuat para imigran, yang kebanyakan masih dibawah umur, menjalani hari-hari dengan tidak tenang.

3. Di antara lebih dari 600 ribu imigran Afrika yang saat ini berada di Italia, terdapat banyak remaja dan anak di bawah umur yang nekad menyeberang sendirian

CNN

"Ketika imigran datang ke markas besar polisi, mereka meminta informasi dan klarifikasi mengenai hak-haknya dengan perasaan yang amat cemas," kata seorang juru bahasa di kantor polisi kota Sisilia yang tak ingin namanya ditulis.

"Mereka bertanya kepada saya apakah memang benar bahwa mereka akan mengusir 600.000 migran atau mereka akan mengubah undang-undang dan membatasi jumlah mereka. Para imigran juga takut jika mereka tidak lagi dapat mengakses perawatan medis. Sejujurnya, saya tidak bisa memberi mereka jawaban."

Partai sayap kanan itu boleh saja sesumbar akan mengusir 600 ribu pengungsi. Namun untuk mendeportasi mereka semua membutuhkan biaya yang tidak sedikit dari kas negara dan memakan waktu proses yang tidak sebentar.

Alhasil upaya The League dan 5-Star untuk membangun ekonomi pun bisa sia-sia belaka atau bahkan terbengkalai jika hanya berfokus pada program pengusiran.

"Faktanya, baik Italia maupun negara-negara Eropa lain tidak punya kekuatan ekonomi dan politik untuk mengirim para imigran kembali ke asalnya," kata Alberto Biondo, anggota Borderline Sicily, sebuah asosiasi yang bekerja untuk membela hak-hak para imigran.

Legalitas deportasi akan dipertanyakan sebab minimnya hubungan kerjasama antara Italia dengan pemerintah negara asal para imigran tersebut.

4. Para imigran asal Afrika menyeberang ke Italia menggunakan kapal seadanya dan rela berdesak-desakan sembari menghadapi risiko tenggelam di Laut Tengah

Yahoo!News

Minggu lalu, Gabriella Nobile, warga Italia yang menjadi ibu angkat dari dua anak asal Afrika, menulis sebuah surat terbuka untuk Matteo Salvini. Dalam suratnya, Gabriella menulis bahwa putrinya yang berusia tujuh tahun menangis begitu mendengar rencana partai kanan untuk mengusir para imigran.

"Saya kira ini adalah demonstrasi yang jelas tentang bagaimana negara ini, berkat orang-orang seperti Anda, tuan Salvini, perlahan-lahan menuju kehancuran," tulisnya.

Zak, si pencari suaka asal Gambia mengatakan: "Saya paham penderitaan wanita ini karena saya mengalami sendiri ketakutan anak-anaknya. Sekarang, ketika melihat imigran atau pria kulit hitam, orang Italia tampak takut. Mereka tidak tahu bahwa justru saya yang tidak bisa tidur di malam hari. Mereka tidak mengerti bahwa satu-satunya orang yang ketakutan di Italia saat ini, cuma saya seorang.”

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team