Berta Caceres, aktivis lingkungan yang dibunuh pada 2016. (twitter.com/Todd Appel)
Serangan pada Sabtu malam, 26 Desember 2020, dikabarkan oleh media lokal setempat dilakukan oleh empat orang pelaku bertopeng dan bersenjata. Namun kabar tersebut belum dapat diverifikasi secara faktual. Pihak kepolisian Honduras hanya menjelaskan bahwa segerombolan pria bersenjata dan bertopeng merangsek masuk ke rumah Vasquez di Santiago de Puringla, di desa El Ocotal.
Berta Caceres yang dibunuh pada tahun 2016 lalu, adalah penerima penghargaan lingkungan dari Goldman. Namun suara penentangannya terhadap pembangunan bendungan membuat dirinya kehilangan nyawa. Pembunuhan tersebut memicu kemarahan internasional dan mendesak pemerintah Honduras untuk menangkap para pembunuhnya.
Pada awal Desember 2019, tujuh orang ditangkap dan divonis penjara oleh pengadilan di Honduras. Lima diantaranya terlibat langsung dalam penembakan Caceres. Namun banyak kritik yang disampaikan bahwa penahanan para tersangka belum mampu mengungkap otak intelektual dibalik peristiwa memilukan tersebut. Sejak tahun 2010 hingga 2014, lebih dari 100 aktivis telah dibunuh di Honduras, menurut catatan Green Peace.
Dalam penelusuran jurnalisme yang dilakukan oleh The Guardian, Amerika Serikat dituduh telah melatih unit pasukan khusus Honduras beberapa bulan sebelum kematian Caceres. Ada dua unit khusus dan mereka mendapatkan lusinan nama dan foto aktivis lingkungan. Seorang komandan unit mengundurkan diri dari misi tersebut, dan memberikan pengakuannya kepada The Guardian dalam nama samaran.