Menteri Pertahanan Israel, Benny Gantz, mengatakan bahwa pihaknya bisa saja mencegah Iran dengan kemampuan militernya. Israel juga mengamati kemampuan senjata nuklir Iran dan menganggap sebagai ancaman eksistensial, dikutip dari The New Arab.
“Haruskah kita melakukan operasi militer untuk mencegahnya, jika diperlukan? Jawabannya ya. Apakah kita membangun kemampuan? Ya. Haruskah kita menggunakannya sebagai (cara) terakhir? Ya. Dan saya berharap kita akan mendapatkan dukungan negara lainnya," kata Gantz.
Rezim Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, telah berusaha menghidupkan kembali perjanjian itu. Akan tetapi, para diplomat AS, Inggris, dan Prancis terlanjur minta pertanggungjawaban Iran karena dinyatakan gagal memproses perjanjian nuklir setelah lebih dari satu tahun negosiasi.
“Saya pikir kesepakatan itu benar-benar ada di atas meja. Dan kekuatan Eropa dan pemerintahan (AS) di sini sangat jelas tentang itu. Dan saya tidak berpikir bahwa China dan Rusia, dalam masalah ini, akan memblokirnya. Tapi saya tidak berpikir Iran menginginkannya," kata Moore.
Iran mengklaim bahwa pembicaraan nuklirnya adalah hal yang positif. Sekaligus menyalahkan AS karena gagal memberi jaminan untuk tidak lagi mengabaikan kesepakatan JCPOA, seperti era pemerintahan Trump.