Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi bendera AS (kiri) dan bendera China (kanan). (pixabay.com/mohamed_hassan)
Ilustrasi bendera AS (kiri) dan bendera China (kanan). (pixabay.com/mohamed_hassan)

Intinya sih...

  • China menegaskan klaim atas Taiwan di tengah gesekan diplomatik dengan Jepang. PM Jepang juga membahas hubungan dengan AS terkait Xi.

  • Xi tekankan gencatan senjata perdagangan AS-China. Kesepakatan sementara di Korea Selatan menghasilkan kemajuan signifikan di kedua belah pihak.

  • Perang di Ukraina menjadi bagian penting dalam pembahasan Trump dan Xi. China menegaskan posisinya sebagai pihak netral, sementara keduanya merencanakan kunjungan kenegaraan.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Pemimpin Tiongkok Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengadakan panggilan telepon pada Senin (24/11/2025) di tengah meningkatnya ketegangan di kawasan Indo-Pasifik, terutama terkait isu Taiwan. Dalam percakapan itu, Xi kembali menegaskan bahwa posisi China terhadap Taiwan tidak berubah dan menyebut bahwa kembalinya Taiwan ke China merupakan bagian integral dari tatanan internasional pasca perang.

Beijing menilai bahwa isu Taiwan adalah kepentingan inti yang tidak dapat dinegosiasikan. Dikutip dari The Guardian, percakapan keduanya juga mencakup isu perdagangan, Ukraina, serta perkembangan perjanjian dagang yang baru-baru ini dicapai di Korea Selatan.

Trump, dalam unggahan di Truth Social, memuji hubungan AS–TioChina yang sangat kuat. Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Tiongkok menyebut bahwa Trump mengaku memahami sensitivitas isu Taiwan bagi Beijing.

Namun, respons dari Taiwan tegas, “Kembali bukanlah pilihan bagi 23 juta penduduk kami,” ujar Perdana Menteri Taiwan Cho Jung-tai.

1. Ketegangan Taiwan jadi isu utama

ilustrasi Taiwan (pexels.com/Jimmy Liao)

Pemerintah China menegaskan kembali klaim mereka atas Taiwan di tengah meningkatnya gesekan diplomatik dengan Jepang. Beijing dan Tokyo terlibat perselisihan selama berminggu-minggu menyangkut larangan makanan laut Jepang, penurunan wisatawan China, hingga pembatalan acara budaya.

Ketegangan memuncak setelah PM Jepang Sanae Takaichi menyatakan bahwa Jepang dapat melakukan intervensi militer jika Taiwan diserang.

Pada Selasa, Takaichi menyebut bahwa ia juga melakukan panggilan telepon dengan Trump untuk membahas hubungan Jepang-AS dan percakapannya terkait Xi. Ia mengatakan Trump-lah yang mengusulkan panggilan itu. Meski AS tidak mengakui Taiwan sebagai negara, Washington tetap menjadi mitra strategis dan pemasok senjata terpenting pulau tersebut.

2. Pembahasan perdagangan dan rantai pasok global

Ilustrasi perdagangan internasional (freepik.com)

Dalam panggilan Senin malam, Xi menekankan perlunya menjaga gencatan senjata perdagangan yang rapuh antara AS dan China. Pertemuan mereka sebelumnya pada akhir Oktober di Korea Selatan menghasilkan kesepakatan sementara yang mengarah pada penangguhan pembatasan ekspor mineral penting oleh China selama satu tahun. Trump menyatakan bahwa sejak pertemuan itu, telah terjadi kemajuan signifikan di kedua belah pihak.

AS juga berjanji mengurangi tarif produk-produk China, sementara Beijing sepakat membeli 12 juta ton kedelai AS tahun ini, dan 25 juta ton pada 2026. Menteri Keuangan AS Scott Bessent bahkan menargetkan kesepakatan pengamanan pasokan tanah jarang dapat ditekan pada hari libur Thanksgiving.

3. Ukraina dan agenda kunjungan kenegaraan

Ilustrasi bendera Ukraina. (unsplash.com/Karollyne Videira Hubert)

Selain isu Indo-Pasifik, perang di Ukraina menjadi bagian penting dalam pembahasan Trump dan Xi. China menegaskan kembali posisinya sebagai pihak netral dan menyerukan diakhirinya konflik yang telah berlangsung hampir empat tahun. Xi menyebut bahwa stabilitas global hanya dapat tercapai jika kekuatan besar bekerja sama.

Pernyataan Trump juga mengkonfirmasi rencana kunjungannya ke China pada April mendatang, sementara Xi dijadwalkan mengunjungi Washington pada akhir 2026. Kendati demikian, Beijing belum memberikan pernyataan resmi mengenai rencana kunjungan tersebut. 

“Panggilan ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan kami yang sangat sukses di Korea Selatan,” kata Trump.

Editorial Team