Ilustrasi media sosial (pexels.com/PhotoMIX Ltd.)
Ketegangan Twitter dengan India memuncak pada akhir bulan lalu ketika Menteri Teknologi India, Ravi Shankar Prasad, mengatakan bahwa Twitter telah menolak akses ke akunnya selama hampir satu jam.
“Teman-teman! Sesuatu yang sangat aneh terjadi hari ini,” katanya dalam salah satu dari tujuh tweet yang dia posting tentang insiden itu. “Twitter menolak akses ke akun saya selama hampir satu jam dengan alasan bahwa ada pelanggaran terhadap Digital Millennium Copyright Act of the USA dan kemudian mereka mengizinkan saya untuk mengakses akun tersebut.”
Twitter mengkonfirmasi bahwa mereka telah membatasi akses sementara ke akun Prasad dan menahan salah satu tweetnya.
“Sesuai kebijakan hak cipta kami, kami menanggapi keluhan hak cipta yang sah yang dikirimkan kepada kami oleh pemilik hak cipta atau perwakilan resmi mereka,” kata juru bicara Twitter kepada CNN Business.
Menurut situs web Twitter, perusahaan dapat menanggapi dugaan pelanggaran hak cipta dengan mengunci akun jika banyak keluhan diterima.
Namun demikian, Prasad yang memiliki 5 juta pengikut di Twitter, menyebut bahwa raksasa Silicon Valley itu telah melanggar aturan TI baru yang mulai berlaku bulan lalu, karena mereka tidak mengirim pemberitahuan sebelumnya sebelum menolak akses ke akunnya.
Sebelum masalah ini terjadi, pada Mei Twitter juga terlibat perselisihan dengan pemerintah karena polisi mendatangi kantor Twitter di New Delhi. Kunjungan polisi dilakukan setelah Twitter memutuskan untuk melabeli tweet dari juru bicara partai berkuasa Modi sebagai “media yang dimanipulasi/manipulated media”.
Namun, polisi mengatakan kunjungan rutin itu dilakukan untuk membuat Twitter bekerja sama dengan penyelidikannya. Tapi Twitter mengecam langkah itu sebagai taktik intimidasi dan mengatakan bahwa mereka khawatir tentang keselamatan karyawannya di negara itu.