Presiden Rusia, Vladimir Putin. (twitter.com/KremlinRussia_E)
Intelijen AS melihat adanya perubahan dari strategi perang Rusia. Awalnya, Rusia berniat menguasai Kiev secepat mungkin. Namun, ketika rencana itu gagal, Kremlin mengubah fokusnya ke Ukraina timur dan bersiap untuk perang jangka panjang.
Rusia merasa memiliki ketahanan yang lebih baik ketimbang Ukraina dan sekutu baratnya. Rusia akan menunggu hingga negara-negara barat melemah akibat kekurangan bahan pangan, inflasi, dan meroketnya harga energi migas.
Kedua belah pihak, Rusia dan Ukraina, juga dinilai sama-sama memiliki keyakinan untuk menang. Hal ini akan membuat gencatan senjata tidak akan terwujud dalam waktu dekat.
"Sifat pertempuran yang tidak pasti, ditambah dengan kenyataan yang harus dihadapi Putin mengenai ketidaksesuaian antara ambisinya dan kemampuan militer Rusia saat ini, akan membuat konflik ini bergerak ke arah yang tidak terduga dan berpotensi terjadinya eskalasi konflik," kata Haines, dilansir Al Jazeera.