Ilustrasi penangkapan. (Unsplash.com/niu niu)
Melansir Associated Press, protes besar-besaran yang terjadi di Iran meletus pada pertengahan September, yang dipicu akibat kematian Mahsa Amini setelah ditangkap oleh polisi moral Iran diduga melanggar aturan berpakaian wanita.
Protes tersebut menandai salah satu tantangan terbesar bagi Iran sejak Revolusi pada 1979. Wanita telah memainkan peran utama dalam protes ini, dengan banyak yang secara terbuka menanggalkan jilbab mereka.
Para pengunjuk rasa menyerukan salah satu slogan utama adalah "Matilah diktator", mengacu pada Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, yang telah berkuasa selama lebih dari tiga dekade.
Kelompok hak asasi manusia mengatakan, untuk membubarkan demonstran, pasukan keamanan telah menggunakan peluru tajam, tembakan burung, gas air mata, dan pentungan.
Kantor Berita Aktivis Hak Asasi Manusia Iran mengatakan, sejauh ini sudah ada setidaknya 516 pengunjuk rasa tewas, termasuk 70 anak-anak, dan 19.250 lainnya telah ditangkap.
Kelompok itu juga mengatakan, ada 68 personel keamanan yang meninggal. Otoritas Iran belum memberikan hitungan resmi tentang mereka yang terbunuh atau ditahan.
Aktivis mengatakan, saat ini setidaknya selusin orang telah dijatuhi hukuman mati dalam sidang atas tuduhan diadakan secara tertutup. Dua pengunjuk rasa telah dijatuhi hukuman mati pada bulan lalu, termasuk Shekari.