Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi pesawat Ukraina yang hancur karena terkena rudal Iran pada, 8 Januari 2020. Sumber:unplash.com/Tim Foster

Teheran, IDN Times - Pada 8, Januari 2020 merupakan peristiwa kecelakaan pesawat tragis, sebuah pesawat milik maskapai Ukraine International Airlines dengan nomor penerbangan 752 ditembak jatuh di dekat Teheran, Iran.

Setahun setelah peristiwa mematikan tersebut Iran kembali didesak untuk memberikan keadilan kepada keluarga korban. Para pemerintah dari negara korban terus meminta penjelasan dan keadilan atas perbuatan Iran.

1. Tembakan rudal Iran menewaskan 176 orang

Ukraina, Afghanistan, Kanada, Swedia, dan Inggris menuntut keadilan terhadap warganya yang tewas dalam pesawat jatuh yang ditembak Iran, pada 8 Januari 2020. Sumber:twitter.com/MFA of Ukraine

Sudah setahun berlalu peristiwa tewasnya 176 penumpang Ukraine International Airlines di dekat Teheran, yang disebabkan pesawat yang hancur ditembak oleh rudal Iran. Dalam peristiwa tersebut menewaskan warga Iran, termasuk  57 warga negara Kanada, 11 warga Ukraina, 17 orang dari Swedia, empat warga Afghanistan, dan empat warga Inggris.

Melansir dari Anadolu Agency, kini Ukraina bersama-sama dengan Inggris, Afghanistan, Kanada, dan Swedia pada Jumat, 8 Januari meminta Iran "untuk memberikan penjelasan lengkap dan menyeluruh" tentang jatuhnya Penerbangan Maskapai Internasional Ukraina Penerbangan 752 setahun yang lalu.

Terkait hal tersebut Kementerian Luar Negeri Ukraina telah megeluarkan pernyataan, yang mengigatkan bahwa pesawat jatuh oleh serangan dua rudal milik militer Iran dan mendesak adanya penjelasan lengkap atas peristiwa tembakan pesawat itu.

"Hari ini kami menghormati mengenang mereka yang tewas dan menyampaikan belasungkawa yang tulus kepada semua yang berduka atas para korban tragedi PS752. Kami berbagi duka dengan keluarga, kerabat, dan teman yang kehilangan orang yang dicintai. Penjelasan lengkap dan menyeluruh tentang peristiwa dan keputusan yang menyebabkan kecelakaan pesawat yang mengerikan ini. Negara kami akan meminta pertanggungjawaban Iran untuk memberikan keadilan dan memastikan Iran membuat ganti rugi penuh kepada keluarga para korban dan negara-negara yang terkena dampak," katanya.

Megutip dari DW, pada hari Jumat Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau juga mengeluarkan pernyataannya yang mengatakan bahwa Kanada terus meminta keadilan. "Bekerja tanpa lelah untuk mendapatkan transparansi, akuntabilitas, dan keadilan yang pantas diperoleh oleh para korban dan keluarga mereka." Dan sebagai bentuk penghormatan kepada para korban, Kanada menetapkan 8 Januari setiap tahunnya sebagai Hari Peringatan Nasional Korban Bencana Udara.

Pesawat yang jatuh merupakan jenis Boeing 737-800 setelah ditembak oleh rudal Iran tak lama setelah lepas landas dari Bandara Internasional Imam Khomeini. Tembakan tersebut dilancarkan hanya beberapa jam setelah Pasukan Pengawal Revolusi Islam Iran menembakan lebih dari selusin rudal balistik, yang mengarah ke pangkalan militer AS di Irak, sebagai pembalasan atas pembunuhan pemimpin militer Iran, Qasem Soleimani.

2. Keluarga korban tolak kompensasi dan ajukan dua tuntutan

Ilustrasi hukum (IDN Times/Mardya Shakti)

Melansir dari DW, Iran awalnya sempat menyangkal telah melakukan tembakan ke pesawat kormersil tersebut. Di bulan Agustus, Iran telah mengambil rekaman kokpit dari puing-puing jet yang jatuh. Dan pada minggu lalu pihak pemerintah menawarkan kompensasi kepada keluarga korban senilai 150 ribu dolar AS atau setara dengan 2,1 miliar rupiah.

Mengenai kompensasi Ukraina mengatakan perlu adanya negosiasi. Sememtera itu seorang penasehat Kanada mengatakan pada hari Kamis bahwa  pembahasan kompensasi terlalu dini.

Melansir dari VOA News, beberapa keluarga korban telah menolak tawaran sepihak Iran untuk kompensasi finansial. Keluarga korban, Navaz Ebrahim mengatakan dia dan kerabat korban lainnya menganggap kompensasi sebagai bentuk penghinaan.

"Pihak berwenang Iran hanya ingin penyelesaian keuangan dengan keluarga untuk membuat mereka menutup kasus ini. Tapi kami yakin dalam mengejar litigasi untuk membawa mereka yang melakukan kejahatan ini ke pengadilan."

Keluarga korban lainnya telah mengajukan dua tuntutan hukum terhadap Iran melalui pengadilan di Ontario, Kanada. Salah satunya adalah gugatan class action, yang disetujui Pengadilan Tinggi Ontario pada bulan November, yang berupaya memperoleh keadilan dan kompensasi finansial dari Iran dan Ukraine International Airlines. Gugatan tersebut dipimpin oleh warga Ontario, Omid Arsalani, di mana saudara perempuan, ipar laki-laki dan keponakan perempuannya tewas dalam insiden tersebut.

Selain itu dalam proses pengadilan lainnya di Ontario, yang melibatkan beberapa keluarga korban telah diputuskan oleh Mahkamah Agung Ontario pada bulan lalu bahwa gugatan, yang dipimpin oleh Mehrzad Zarei, yang kehilangan putranya Arad 17 tahun, akan dilanjutkan pada jalur pengadilan biasa daripada sebagai prosedur gugatan kelompok. Keluarga korban berharap memperoleh putusan pada bulan Juni dan uang kompensasi akan diberikan kepada badan amal.

Kerabat korban lainnya menyebutkan bahwa Iran juga harus menghadapi tuntutan lainnya di luar pengadilan Kanada.

"Kami akan mencapai keadilan ketika kami melihat mereka yang bertanggung jawab atas kecelakaan itu di pengadilan internasional," kata warga Ontario, Shahin Moghaddam, di mana istri dan putranya yang berusia 10 tahun tewas dalam peristiwa tersebut.

3. Sebelum kasus dibawa ke ICJ akan dilakukan negosiasi

Ilustrasi pesawat Ukraina yang hancur dan menewaskan 176 orang akibat tembakan rudal Iran, pada 8 Januari 2020. Sumber:unplash.com/RedCharlie

Melansir dari VOA News, dua konvensi penerbangan sipil internasional yang ditandatangani Kanada dan Iran telah mengharuskan adanya negosiasi sebelum dibawa ke ICJ, namun kedua negara tersebut belum memulai negosiasi terkait dengan kecelakaan pesawat itu.

Jika kedua negara tidak mencapai kesepakatan di bawah Konvensi Chicago 1944, maka tindakan pertama yang dilakukan adalah menyerahkan perselisihan mereka kepada Dewan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional untuk mendapatkan keputusan yang kemudian dapat diajukan banding ke ICJ.

Penasihat khusus Kanada untuk tragedi pesawat itu, Ralph Goodale mengatakan Kanada akan mencari keadilan dengan empat cara. Salah satunya adalah melalui tim pemeriksaan forensik Kanada yang berusaha mengumpulkan apa yang menyebabkan jatuhnya pesawat, dan yang lainnya adalah dengan bekerja sama dengan Ukraina dalam penyelidikan kriminal di negara itu. Kanada juga berupaya mengubah aturan internasional yang memberikan hak kepada Iran untuk memimpin penyelidikan resmi atas kecelakaan itu, yang dianggap tidak kredibel karena Iran sebagai negara tempat insiden itu terjadi. Upaya keempat dengan bekerja sama dengan empat negara lain yang warganya menjadi korban kecelakaan itu yaitu Afghanistan, Inggris, Swedia dan Ukraina, dalam kelompok kordinasi.

Kelompok koordinasi tersebut telah mengadakan setidaknya satu pertemuan teknis dengan pihak Iran, yang membahasa bagaimana negosiasi akan dilakukan. Akan tetapi, saat ini belum ada laporan akhir dari investigasi resmi Iran yang akan memberi para pihak serangkaian fakta untuk digunakan dalam memperdebatkan reparasi, yang merupakan bagian penting untuk negosiasi.

Dalam peraturan PBB, Iran memberikan draf laporan pada akhir Desember ke Ukraina, pemilik maskapai, dan ke AS dan Prancis, yang membangun pesawat, namun tidak wajib memberikan kepada negara lainnya. Ralph menjelaskan bahwa saat ini Ukraina, AS dan Prancis memiliki waktu hingga dua bulan untuk mengomentari draf tersebut, yang kemudian Iran diberikan waktu selama sebulan untuk merevisi berdasarkan masukan tersebut. 

Pada bulan Desember, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh melontarkan kritik terkait pernyataan dan tindakan Kanada yang berusaha ikur campur dalam penyelidikan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team