Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bendera iran (pexels.com/aboodi vesakaran)
ilustrasi bendera iran (pexels.com/aboodi vesakaran)

Intinya sih...

  • Israel puji aparat Meksiko atas penggagalan serangan.

  • Aksi balas dendam Iran berawal dari serangan Israel di Damaskus.

  • Iran dituding sering serang lawan politik di luar negeri.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN TimesIran sempat merancang upaya pembunuhan terhadap Duta Besar (Dubes) Israel untuk Meksiko, Einat Kranz-Neiger, tapi rencana itu berhasil digagalkan pada awal tahun ini. Upaya tersebut disebut melibatkan Pasukan Quds, unit elite Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC), yang mulai menyusun operasi sejak akhir 2024 dan masih berlanjut hingga pertengahan 2025. Kelompok ini merekrut pelaku dari kedutaan Iran di Venezuela untuk melancarkan aksinya.

“Plot tersebut telah terkendali dan tidak lagi menimbulkan ancaman saat ini,” kata salah satu pejabat Amerika Serikat (AS), yang membagikan informasi tentang rencana itu dengan syarat anonimitas, dikutip dari The Guardian.

Pejabat AS itu tidak memberikan rincian tambahan mengenai bentuk aksi yang direncanakan maupun cara penggagalan serta pengungkapannya oleh aparat.

1. Israel puji aparat Meksiko atas penggagalan serangan

Seorang pejabat Israel menyampaikan apresiasi kepada otoritas keamanan dan penegak hukum di Meksiko yang berhasil membongkar jaringan teroris yang diarahkan Iran dan berusaha menyerang duta besar mereka. Ia juga menambahkan bahwa komunitas intelijen Israel akan terus bekerja sama dengan badan keamanan di berbagai negara untuk mencegah ancaman serupa.

“Komunitas keamanan dan intelijen Israel akan terus bekerja tanpa lelah, dalam kerja sama penuh dengan badan keamanan dan intelijen di seluruh dunia, untuk menggagalkan ancaman teroris dari Iran dan proksinya terhadap target Israel dan Yahudi di seluruh dunia,” ujarnya, dikutip dari NBC News.

Aparat Meksiko langsung mengambil tindakan cepat untuk menghentikan upaya tersebut. Sementara itu, Misi Iran di PBB New York serta Kementerian Luar Negeri Meksiko dan kedutaannya di Washington belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar dari media.

2. Aksi balas dendam Iran berawal dari serangan Israel di Damaskus

ilustrasi perang (pexels.com/Pixabay)

Rencana pembunuhan itu muncul setelah Israel menyerang kompleks kedutaan Iran di Damaskus, Suriah. Serangan tersebut menewaskan sejumlah perwira tinggi IRGC dan memicu sumpah Iran untuk membalas. Negeri itu kemudian meluncurkan rudal dan drone ke Israel sebagai bentuk balasan.

Israel membalas dengan serangan udara besar-besaran ke Iran, menewaskan lebih dari seribu orang. AS turut melancarkan serangan ke fasilitas nuklir Iran yang masih menjadi perdebatan internasional. Perang udara antara Israel dan Iran yang berlangsung selama 12 hari akhirnya berakhir dengan gencatan senjata.

Ketegangan semakin meningkat sejak serangan Hamas ke Israel dan perang panjang di Gaza. Iran selama ini dikenal sebagai penyokong utama Hamas serta pendukung kelompok militan Palestina seperti Jihad Islam, Hizbullah di Lebanon, dan pemberontak Houthi di Yaman.

3. Iran dituding sering serang lawan politik di luar negeri

Bendera Iran (pexels.com/Engin Akyurt)

Pejabat Barat menilai Iran kerap menargetkan pengkritik rezim di luar negeri melalui serangan kekerasan dengan menggunakan jaringan kriminal lokal sebagai perantara. Bulan lalu, hakim federal di New York menjatuhkan hukuman 25 tahun penjara kepada dua anggota mafia Rusia karena berencana membunuh Masih Alinejad, warga Iran pengasingan yang dikenal vokal menentang pemerintah Tehran.

Pada tahun lalu, otoritas Inggris mengungkap telah menggagalkan sekitar 20 rencana serangan yang diduga didukung Iran sejak awal 2022. Semua rencana itu dinilai berpotensi mematikan. Selain itu, Iran juga dituduh terlibat dalam aksi mata-mata, termasuk penangkapan warga Denmark oleh polisi Jerman karena diduga bekerja untuk Tehran.

Badan intelijen Australia (ASIO) juga menemukan adanya koordinasi Iran dalam serangan antisemit, termasuk pembakaran sinagoge di Melbourne dan restoran kosher di Sydney, yang berujung langkah Perdana Menteri Anthony Albanese mengusir duta besar Iran, dilansir dari DW.

Kawasan Amerika Latin sendiri pernah mengalami kekerasan terkait konflik Timur Tengah, seperti ledakan bom tahun 1994 di pusat komunitas Yahudi Buenos Aires yang menewaskan 85 orang, dilakukan Hizbullah atas perintah Iran. Meski pemerintahan ulama di Iran bermusuhan dengan Israel sejak revolusi 1979, negara itu masih memiliki komunitas Yahudi bersejarah.

Sementara Meksiko, yang juga memiliki populasi Yahudi besar, mengakui Israel sejak awal berdirinya, menerapkan kebijakan nonintervensi, mendukung penyelidikan dugaan kejahatan perang Israel, namun tetap menjaga hubungan diplomatik dengan semua pihak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team