Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Presiden Iran Berjanji Tak Akan Pernah Bikin Bom Nuklir

Presiden Iran, Masoud Pezeshkian. (Khamenei.ir, CC BY 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/4.0>, via Wikimedia Commons)
Presiden Iran, Masoud Pezeshkian. (Khamenei.ir, CC BY 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/4.0>, via Wikimedia Commons)
Intinya sih...
  • Prancis sebut Iran hanya punya sisa beberapa jam untuk negosiasi
  • Iran salahkan AS yang seenaknya keluar perjanjian
  • Negosiasi masih berlangsung meskipun buntu
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, menyampaikan pidato tegas di Sidang Umum PBB pada Rabu (24/9/2025), di mana ia bersumpah bahwa negaranya tidak akan pernah membuat senjata nuklir. Pernyataan ini diucapkan di tengah meningkatnya ketegangan diplomatik dan ancaman pemberlakuan kembali sanksi internasional terhadap Teheran.

Pezeshkian menegaskan bahwa komitmen Iran ini didasarkan pada fatwa yang dikeluarkan oleh Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, yang mengharamkan senjata pemusnah massal. Namun, janji tersebut diragukan oleh negara-negara Eropa (E3), Prancis, Jerman, dan Inggris, yang menuntut tindakan nyata dari Teheran sebelum tenggat waktu sanksi tiba.

"Kami tidak pernah berupaya membuat senjata pemusnah massal, dan tidak akan pernah membuatnya," ujar Pezeshkian, dilansir Fox News.

1. Prancis sebut Iran hanya punya sisa beberapa jam untuk negosiasi

E3, yang memiliki kekuatan untuk memulihkan sanksi PBB, telah meluncurkan proses "snapback" yang akan berakhir pada hari Sabtu. Jika tidak ada kesepakatan yang tercapai, sanksi PBB terhadap Iran yang sebelumnya dicabut pada 2015 akan diberlakukan kembali secara otomatis. Presiden Prancis, Emmanuel Macron, memberikan ultimatum setelah bertemu dengan Pezeshkian.

"Kesepakatan masih mungkin terjadi. Hanya tersisa beberapa jam saja. Terserah pada Iran untuk menanggapi kekhawatiran yang telah kami angkat," kata Macron, dilansir The Guardian.

E3 mengajukan tiga tuntutan utama yang harus dipenuhi Iran untuk menghindari sanksi. Tuntutan tersebut termasuk pemulihan akses penuh bagi pengawas nuklir PBB (IAEA), penjelasan mengenai stok 400 kg uranium yang diperkaya, dan dimulainya kembali perundingan dengan Amerika Serikat (AS).

Jika sanksi diberlakukan, dampaknya akan sangat berat bagi Iran, termasuk pembekuan aset di luar negeri dan penghentian kesepakatan penjualan senjata. Selain itu, dilansir Al Jazeera, program pengembangan rudal balistik Iran juga akan dikenai hukuman.

2. Iran salahkan AS yang seenaknya keluar perjanjian

Menanggapi tekanan tersebut, Pezeshkian menyalahkan AS dan sekutunya atas situasi saat ini. Ia menyebut penarikan sepihak AS dari perjanjian nuklir (JCPOA) pada 2018 dan serangan udara AS-Israel pada bulan Juni sebagai alasan utama mengapa Iran terpaksa mengurangi komitmen nuklirnya.

Dalam pidatonya, Presiden Iran menuduh negara-negara Eropa bertindak atas perintah AS dan tidak menunjukkan itikad baik dalam negosiasi. Menurutnya, Eropa telah mengabaikan kewajiban hukum mereka dan secara keliru menggambarkan langkah-langkah Iran sebagai pelanggaran berat.

Iran juga menyoroti standar ganda negara Barat, di mana program nuklir sipilnya yang dideklarasikan diawasi ketat oleh PBB. Perlakuan ini dinilai sangat kontras dengan pusat senjata nuklir Israel di Dimona yang bahkan tidak pernah diumumkan secara resmi.

Secara terpisah, Khamenei juga menolak untuk bernegosiasi langsung dengan AS.

"AS telah mengumumkan hasil perundingan di muka. Mereka menuntut penutupan program nuklir Iran. Ini bukan negosiasi. Ini adalah sebuah diktat, sebuah pemaksaan," ujar Khamenei.

3. Negosiasi masih berlangsung

Meskipun serangkaian pertemuan diplomatik tingkat tinggi digelar di sela-sela Sidang Umum PBB, proses negosiasi dilaporkan buntu. Ketegangan ini bahkan menyebabkan nilai mata uang rial Iran kembali anjlok.

Macron mengatakan bahwa masih ada peluang untuk mencapai kesepakatan. Sementara utusan khusus AS, Steve Witkoff, juga mengonfirmasi bahwa pihaknya masih terus berbicara dengan Iran.

Badan Energi Atom Internasional (IAEA) juga berada dalam posisi siaga menunggu hasil perundingan. Direktur Jenderal IAEA, Rafael Grossi, menyatakan bahwa tim pengawasnya sudah dalam perjalanan dan siap terbang ke Iran kapan saja jika kesepakatan berhasil dicapai.

Di dalam negeri, kelompok garis keras Iran justru mendesak pemerintah untuk membangun bom nuklir karena khawatir perang dengan Israel akan pecah lagi. Namun, Presiden Pezeshkian bersikap kepala dingin, dan berjanji bahwa pihaknya siap bekerja sama dengan komunitas internasional untuk keluar dari isolasi.

"Iran adalah mitra yang teguh dan sahabat terpercaya bagi semua negara yang cinta damai; sebuah persahabatan dan kemitraan yang tidak didasarkan pada kepentingan sesaat, melainkan pada martabat, kepercayaan, dan masa depan bersama," ujar Pezeshkian.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sonya Michaella
EditorSonya Michaella
Follow Us

Latest in News

See More

Agus Suparmanto: Saya Akan Kawal PPP Berkoalisi dengan Pemerintah

28 Sep 2025, 19:32 WIBNews