Iran memamerkan rudal barunya di tengah dialog Wina yang masih berlanjut. Pembicaraan tak langsung antara Teheran dengan Washington, untuk menghidupkan kembali kesepakatan itu, sampai saat ini masih compang-camping.
Israel, negara yang tidak pernah diakui Iran, telah lama mengancam akan melakukan aksi militer terhadap Iran jika pembicaraan di Wina gagal mengekang kerja nuklir Teheran.
Sejak April tahun lalu, sudah ada delapan putaran pembicaraan kesepakatan nuklir, tapi belum ada tanda AS dan Iran satu suara. Pembicaraan kali ini diharapkan AS kembali ke kesepakatan nuklir yang telah ditinggalkan oleh Donald Trump, dan Iran di sisi lain dapat mematuhi pembatasan aktivitas pengembangan nuklirnya.
Pekan lalu, AS mencabut beberapa sanksi untuk Iran. Dilansir Al Jazeera, pencabutan beberapa sanksi itu disebut pejabat Departemen Luar Negeri AS sangat diperlukan dalam pembicaraan kesepakatan nuklir. Itu untuk memperlancar kesepakatan nuklir.
Pejabat Iran, Hossein Amir-Abdollahian, mengatakan pencabutan beberapa sanksi dapat diartikan ada niat baik dari AS. "Tetapi harus diketahui bahwa apa yang terjadi di atas kertas adalah baik tapi tidak cukup."
Ali Shamkani, Kepala Keamanan Iran, juga memberi tanggapan terhadap pencabutan beberapa sanksi Iran oleh AS itu. Dalam penilaiannya, Iran memiliki hak hukum untuk melanjutkan penelitian dan pengembangan pencapaian nuklir damai. Hal itu tidak dapat dibatasi dengan kesepakatan apa pun.