Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Sa'ar. (DedaSasha, CC BY-SA 4.0, via Wikimedia Commons)
Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Sa'ar. (DedaSasha, CC BY-SA 4.0, via Wikimedia Commons)

Intinya sih...

  • Australia membatalkan visa politikus Israel

  • Israel menuduh Australia bersikap antisemitisme

  • Australia protes keputusan Israel

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Israel Gideon Sa'ar, mencabut visa perwakilan diplomatik Australia untuk Otoritas Palestina. Sa'ar mengatakan keputusannya menyusul penolakan tak beralasan Canberra untuk memberikan visa kepada sejumlah tokoh Israel, dan niatnya untuk mengakui negara Palestina.

"Sementara antisemitisme merajalela di Australia, pemerintah Australia justru memilih untuk mengobarkannya dengan tuduhan palsu, seolah-olah kunjungan tokoh-tokoh Israel akan mengganggu ketertiban umum dan merugikan penduduk Muslim Australia. Ini memalukan dan tidak dapat diterima!" tegas Sa'ar, dikutip dari The Guardian.

Sa'ar juga menginstruksikan Kedutaan Besar Israel di Canberra untuk memeriksa dengan ketat setiap permohonan visa resmi Australia untuk masuk ke Israel.

1. Australia batalkan permohonan visa politikus Israel

Menteri Dalam Negeri Australia, Tony Burke, mengonfirmasi pada Senin (18/8/2025) bahwa permohonan visa politikus Israel, Simcha Rothman, telah dibatalkan. Pembatalan itu didasari oleh tindakan tegas Canberra terhadap orang-orang yang ingin masuk dan menyebarkan perpecahan di Australia.

Burke telah melarang masuknya tokoh dan politisi yang memiliki riwayat pernyataan kontroversial atau ofensif. Pejabat itu sebelumnya pernah menolak mantan menteri Israel, Ayelet Shaked.

Rothman sendiri telah mengadvokasi pengusiran warga Palestina dari Gaza, dan membantah klaim kelaparan di wilayah kantong Palestina tersebut. Pada Mei lalu, Rothman mengklaim anak-anak di Gaza adalah musuh yang seharusnya tidak diizinkan melarikan diri ke Israel.

Simcha Rothman adalah seorang anggota partai Zionisme Religius koalisi pemerintahan Netanyahu. Dia telah dijadwalkan untuk menghadiri berbagai acara di Sydney dan Melbourne pada pekan depan dalam tur solidaritasnya bagi warga Yahudi Australia.

2. Israel menuduh Australia bersikap antisemitisme

ilustrasi bendera Israel (pexels.com/Oren Noam Gilor)

Rothman menuduh Australia bersikap antisemitisme secara jelas dan terang-terangan. Pemimpin partainya, Bezalel Smotrich, memuji Rothman dengan mengatakan bahwa di hadapan semua antisemit dunia, rakyat Israel mendukung politikus Negara Yahudi tersebut.

Menteri diaspora Israel, Amichai Chikli, mengatakan keputusan Australia mencerminkan kompas moral yang rusak, diskriminasi, dan serangan serius terhadap kebebasan berbicara.

Selain itu, mantan pemimpin oposisi Israel, Benny Gantz, mengatakan keputusan Canberra tidak hanya sangat keliru, tetapi juga sangat munafik.

Dilansir ABC News, Menteri Israel, Itamar Ben-Gvir, salah satu dari dua anggota pemerintah yang disanksi oleh Canberra, menuduh pemerintah federal Australia membantu Hamas.

3. Australia protes keputusan Israel

bendera Australia (pixabay.com/RebeccaLintzPhotography)

Menteri Luar Negeri Australia, Penny Wong, mengatakan keputusan Israel tidak dapat dibenarkan. Wong menyebut bahwa di saat dialog dan diplomasi lebih dibutuhkan, pemerintahan Netanyahu justru mengisolasi Israel dan melemahkan upaya internasional menuju perdamaian dan solusi dua negara.

"Australia menerima berbagai ras, agama, dan pandangan, yang dipersatukan oleh rasa hormat terhadap kemanusiaan satu sama lain dan hak satu sama lain untuk hidup damai. Pemerintah Australia akan selalu mengambil tindakan tegas terhadap antisemitisme," kata Wong terkait tuduhan antisemitisme negaranya.

Mengutip Anadolu, Kementerian Luar Negeri Palestina mengecam keras langkah Israel sebagai tindakan sewenang-wenang. Pihaknya mengatakan akan terus memperlakukan diplomat Australia sebagai perwakilan resmi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team