Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
PM Israel Benjamin Netanyahu (Twitter.com/Benjamin Netanyahu)
PM Israel Benjamin Netanyahu (Twitter.com/Benjamin Netanyahu)

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan akan tetap mengirim utusan ke Amerika Serikat (AS) pekan depan untuk membicarakan rencana operasi militer di Kota Rafah.

Dikutip dari ANTARA, Jumat (29/3/2024), langkah tersebut akhirnya diambil oleh Netanyahu setelah sempat membatalkan rencana pengiriman dua penasihatnya pasca Dewan Keamanan PBB mengesahkan resolusi gencatan senjata di Gaza, yang tidak diveto oleh AS.

Gedung Putih pun mengumumkan bahwa Netanyahu juga setuju untuk menjadwalkan ulang pertemuan soal operasi di Rafah tersebut.

1. AS hubungi Israel untuk jadwal baru

Gedung Putih di Washington DC, Amerika Serikat. (unsplash.com/Kristina Volgenau)

Sementara itu, seorang sumber anonim mengatakan bahwa AS telah menghubungi kantor Netanyahu untuk meminta jadwal baru soal kunjungan pejabat Israel, namun tanggal pertemuan belum disepakati.

“Namun tidak akan tertutup kemungkinan bahwa delegasi Israel akan berangkat pekan depan,” ucap sumber anonim itu.

2. DK PBB keluarkan resolusi gencatan senjata di Gaza

Suasana pemungutan suara di Dewan Keamanan PBB. (dok. X @UN)

DK PBB akhirnya mengeluarkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata di Jalur Gaza. AS pun untuk pertama kalinya tidak mengeluarkan veto terkait gencatan senjata ini.

Dilansir dari laman resmi PBB, resolusi juga menuntut pembebasan segera dan tanpa syarat untuk seluruh sandera.

Ini adalah pertama kalinya DK PBB menyepakati resolusi di Gaza sejak perang pecah antara Israel dan Hamas pada 7 Oktober 2023 lalu. Dalam pemungutan suara ini, DK PBB yang beranggotakan lima negara anggota tetap dan 10 negara anggota tidak tetap ini akhirnya sepakat untuk gencatan senjata segera di Gaza, dengan 14 negara setuju dan tidak ada yang menolak, serta AS memilih untuk abstain.

“Kegagalan dalam implementasi resolusi tersebut tidak dapat dimaafkan,” tegas Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.

3. Israel marah karena AS tidak menggunakan veto

Presiden AS Joe Biden dan PM Israel Benjamin Netanyahu. (dok. X @POTUS)

Sementara itu, dalam pemungutan suara ini, AS tidak menggunakan hak vetonya melainkan memilih untuk abstain. Pilihan AS ini membuat Israel marah.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu langsung membatalkan rencana kunjungan dua penasihat utamanya ke AS.

Sebelumnya, AS telah memveto tiga rancangan resolusi DK PBB soal gencatan senjata. Yang terbaru, AS menyodorkan resolusi gencatan senjata dan pembebasan sandera namun diveto China dan Rusia karena dianggap terlalu condong ke Israel.

Editorial Team