Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Arab Saudi Terpilih Memimpin Komisi PBB untuk Hak-Hak Perempuan 

ilustrasi bendera Arab Saudi. (unsplash.com/ Akhilesh Sharma)

Jakarta, IDN Times - Dalam sidang tahunan Komisi PBB tentang Status Perempuan (CSW) di New York pada Rabu (27/3/2024), Arab Saudi terpilih untuk memimpin badan ini selama satu tahun ke depan. Hasil pemilihan ini menunjuk Duta Besar Arab Saudi untuk PBB, Abdulaziz Alwasil, sebagai ketua komisi hingga tahun 2025.

Keputusan ini menuai kecaman dari berbagai organisasi hak asasi manusia, termasuk Human Rights Watch, yang menyebutnya sebagai pengabaian yang mengejutkan terhadap hak-hak perempuan, mengingat catatan Arab Saudi yang menyedihkan dalam hal hak-hak perempuan. Terpilihnya Arab Saudi sebagai pemimpin komisi ini berarti negara tersebut akan memiliki pengaruh besar dalam menentukan arah kebijakan dan keputusan terkait isu-isu hak perempuan dan kesetaraan gender di tingkat global selama satu tahun masa kepemimpinannya.

1. Arab Saudi terpilih secara aklamasi tanpa penolakan

Arab Saudi berhasil terpilih sebagai ketua CSW secara aklamasi dan tanpa penolakan. Saat itu, juga tidak ada negara lain yang mencalonkan diri untuk posisi tersebut.

Kesempatan ini didapat Saudi karena Filipina ditekan untuk membagi masa jabatannya kepada negara lain. Biasanya, sebuah negara memegang kursi kepemimpinan selama dua tahun.

Awalnya, Bangladesh sempat diharapkan untuk mengambil alih posisi ini, tetapi pada akhirnya Arab Saudi maju dan melakukan lobi untuk mendapatkan kursi ini. Langkah Arab Saudi ini dipandang sebagai upaya untuk memperbaiki citra kerajaan di mata dunia.

2. Keputusan dikecam berbagai organisasi hak asasi manusia

Terpilihnya Arab Saudi untuk posisi ini langsung mengundang kecaman dari organisasi-organisasi hak asasi manusia terkemuka, seperti Human Rights Watch (HRW) dan Amnesty International. HRW bahkan menyerukan kepada negara-negara anggota PBB untuk menolak pencalonan Arab Saudi. Alasannya, Arab Saudi dinilai telah secara sistematis mendiskriminasi perempuan dan menganiaya para aktivis yang memperjuangkan hak-hak perempuan.

Sebagai upaya untuk mencegah terpilihnya Arab Saudi, HRW sempat melakukan lobi kepada negara-negara anggota komisi lainnya, seperti Belanda, Jepang, Portugal, dan Swiss, agar mereka memprotes keputusan ini. Namun, tidak ada satu pun negara yang bersedia untuk menyuarakan keberatan mereka secara terbuka.

Louis Charbonneau, Direktur PBB di HRW, menyatakan bahwa jika semua negara anggota komisi memprotes dengan cukup keras, maka pemilihan Arab Saudi sebagai ketua tidak akan terjadi. Menurutnya, sikap diam negara-negara anggota ini menunjukkan kurangnya komitmen serius terhadap perlindungan dan penegakan hak-hak perempuan di tingkat global.

"Sebuah negara yang memenjarakan perempuan hanya karena mereka memperjuangkan hak-haknya, tidak pantas menjadi wajah forum utama PBB untuk hak-hak perempuan dan kesetaraan gender. Otoritas Arab Saudi harus menunjukkan bahwa kehormatan ini tidak sepenuhnya tidak pantas mereka dapatkan, dengan segera membebaskan semua aktivis hak-hak perempuan yang ditahan, mengakhiri sistem perwalian laki-laki, dan memastikan hak-hak perempuan sepenuhnya setara dengan laki-laki", ujar Charbonneau, dikutip dari The Guardian. 

3. Arab Saudi dinilai diskriminatif terhadap perempuan

Arab Saudi telah lama dikritik karena kebijakan-kebijakannya yang dinilai diskriminatif terhadap perempuan. Meskipun negara ini telah mengambil beberapa langkah reformasi, seperti mengizinkan perempuan untuk mengemudi sejak 2018 dan tinggal sendiri tanpa izin wali laki-laki sejak 2021, namun sistem perwalian laki-laki masih belum sepenuhnya dihapuskan.

Undang-undang status pribadi yang ditetapkan pada 2022, yang diklaim sebagai bukti kemajuan hak-hak perempuan oleh pejabat Arab Saudi, ternyata masih mengharuskan perempuan untuk mendapatkan izin dari wali laki-laki untuk menikah dan mewajibkan istri untuk mematuhi suaminya sebagai syarat dukungan finansial. 

Tidak heran bahwa banyak pihak menilai upaya Arab Saudi memperjuangkan  posisi ketua CSW ini sebagai strategi untuk memperbaiki citra negaranya di mata dunia. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Leo Manik
EditorLeo Manik
Follow Us