Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
protes solidaritas terhadap Palestina (unsplash.com/Iason Raissis)

Jakarta, IDN Times - Andrey, aktivis muda asal Rusia, mengaku telah beberapa kali diserang oleh tentara dan pemukim Israel saat berupaya melindungi warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki. Ia juga pernah ditangkap dan diancam akan dibunuh.

“Pada 18 Agustus, saya dipukuli oleh pemukim di dekat Mata Air Auja. Seorang pemukim bernama Yehuda Friedman memukul kepala saya dengan tongkat, memecahkan gendang telinga saya dan mengganggu pendengaran saya selama dua bulan berikutnya,” kata pemuda berusia 26 tahun itu kepada The New Arab. 

Pada 8 Oktober 2024, ia bersama empat jurnalis lainnya dipukuli dan diculik oleh tentara Israel. Dengan mata tertutup, mereka ditahan di sebuah pangkalan militer, dihina, dijemur, dan tidak diberi makanan.

“Saya tidak bisa menghitung berapa kali saya ditodongkan pistol, berapa kali tentara dan polisi mendorong dan memukul saya saat demonstrasi,” ujarnya.

1. Jumlah aktivis asing yang ditahan atas tuduhan palsu meningkat

Selain penindasan, Israel kerap melakukan penangkapan, penyitaan paspor, dan deportasi terhadap aktivis asing. Menurut laporan Haaretz pada 14 November 2024, sedikitnya 16 aktivis asing pro-Palestina telah diusir dari Israel sejak Oktober 2023 usai ditahan di Tepi Barat atas berbagai tuduhan.

Peningkatan jumlah aktivis asing yang deportasi ini merupakan bagian dari kebijakan baru yang dipelopori oleh Menteri Keamanan Nasional Israel yang ekstremis, Itamar Ben-Gvir. Militer, polisi, dan imigrasi Israel saling bekerja sama mengimplementasikan kebijakan tersebut.

Pengacara Michael Pomerantz, yang mewakili beberapa aktivis yang dideportasi, mengungkapkan bahwa jumlah aktivis asing yang ditahan atas tuduhan palsu terus meningkat.

“Mengingat pemerintahan saat ini, eskalasi ini memang diperkirakan terjadi, namun mengkhawatirkan,” ujarnya, dilansir dari Anadolu.

2. Para aktivis dipaksa kembali ke negara mereka atau menghadapi penahanan

Editorial Team

EditorFatimah

Tonton lebih seru di