Ilustrasi Argentina. (Unsplash.com/Angelica Reyes)
Setelah kudeta pada 1976, militer Argentina secara sistematis menumpas semua pihak yang dianggap dapat menjadi oposisi dan akhirnya membunuh sekitar 30 ribu orang, hampir semuanya tidak bersenjata.
Narapidana yang hamil dibiarkan hidup sampai mereka melahirkan; diyakini bahwa sekitar 500 bayi diberikan kepada pasangan militer yang tidak memiliki anak untuk dibesarkan sebagai milik mereka. 133 bayi tersebut kini telah berusia 40-an dan telah dipertemukan kembali dengan keluarga kandung mereka.
Pada tahun 1985, hanya dua tahun setelah Argentina kembali ke demokrasi, pemimpin junta Jorge Videla dihukum karena pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Namun, banyak penjahat yang merupakan bagian dari rezim tersebut pada saat itu melarikan diri ke Italia, memanfaatkan asal usul Italia dan kewarganegaraan ganda.
Dalam kasus serupa, persidangan akan dimulai di Roma pada tanggal 22 April terhadap seorang perwira militer Argentina, Carlos Luis Malatto, yang dituduh melakukan pembunuhan berencana terhadap delapan orang selama rezim Videla.
Mantan perwira militer itu dituduh melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan di Argentina, tapi sama dengan Reverberi, ia meninggalkan negara tersebut pada tahun 2011 dan tinggal tanpa gangguan di sebuah desa wisata di provinsi Messina, Sisilia.