Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba. (x.com/kantei)
Pada Senin (14/4/2025), Ishiba mengatakan bahwa ia menolak gagasan untuk membuat konsesi cepat dalam mencapai kesepakatan dengan AS. Menurutnya, orang cenderung gagal, jika mereka terlalu terburu-buru. Ishiba mengatakan membuat konsesi hanya untuk tujuan menyelesaikan negosiasi bukan ide yang baik dan menggarisbawahi pentingnya mengeksplorasi bagaimana sekutu lama dapat bekerja sama.
Di parlemen, Ishiba mengatakan ia tidak berpikir untuk mengenakan tarif balasan terhadap Washington. Sebab, hal itu tidak akan menguntungkan rakyat Jepang di tengah kenaikan harga pangan dan energi. Meski begitu, ia belum sepenuhnya menghapus opsi tarif balasan dari meja perundingan.
"Kami tidak bermaksud membuat kompromi satu demi satu untuk menyelesaikan negosiasi dengan cepat," kata Ishiba dalam sidang Komite Anggaran DPR.
Sementara itu, pemimpin partai oposisi utama Partai Demokratik Konstitusional, Yoshihiko Noda, memperingatkan selama sesi komite bahwa Washington mungkin mendorong dolar yang lemah di bawah Trump. Serta, mengincar kesepakatan yag mirip dengan Plaza Accord pada 1985, ketika negara-negara ekonomi besar termasuk Jepang sepakat untuk membantu mendepresiasi mata uang AS.