Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Serangan junta Myanmar di sebuah sekolah. (Facebook/Gangaw Township Administrative Organisation)
Serangan junta Myanmar di sebuah sekolah. (Facebook/Gangaw Township Administrative Organisation)

Intinya sih...

  • Serangan junta Myanmar pada sekolah menewaskan 22 orang, termasuk 20 anak-anak, di desa Oe Htein Kwin.
  • PBB sangat khawatir dengan serangan tersebut dan menyerukan agar sekolah tetap menjadi area aman untuk belajar.
  • Junta menolak laporan serangan dan berjanji gencatan senjata setelah gempa bumi dahsyat yang melanda Myanmar.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Junta Myanmar melakukan serangan yang menghantam sekolah pada Senin kemarin. Sebanyak 22 orang tewas, termasuk 20 anak-anak.

Serangan tetap dilakukan, meskipun ada gencatan senjata yang dimaksudkan untuk membantu negara itu pulih dari gempa dahsyat pada akhir Maret lalu.

Serangan itu menghantam sebuah sekolah di desa Oe Htein Kwin, sekitar 100 kilometer dari episentrum gempa, pukul 10.00 waktu setempat.

1. Sekjen PBB kecam serangan tersebut

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres. (Vlada Republike Slovenije from Ljubljana, Slovenia, Public domain, via Wikimedia Commons)

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengatakan, sangat khawatir dengan laporan serangan tersebut. Ia mengecam hal itu.

Lewat juru bicaranya di New York, Guterres menyerukan sekolah harus menjadi area aman. "Sekolah harus tetap menjadi area bagi anak-anak belajar dan merasa aman untuk belajar, tidak boleh dibom," kata jubir itu, dilansir Asia One, Selasa (13/5/2025).

Bangunan sekolah hijau itu hancur berkeping-keping pada hari Senin sore, atap logamnya remuk dengan lubang menganga yang meledak melalui dinding batanya.

Lebih dari selusin tas buku yang terbengkalai ditumpuk di depan sebuah tiang yang mengibarkan bendera Myanmar di luar, saat para orang tua memahat kuburan kecil dari tanah yang keras untuk menguburkan jasad anak-anak mereka yang terbungkus kafan.

"Saat ini total 22 orang (20 anak-anak dan 2 guru) telah tewas," kata seorang guru berusia 34 tahun di sekolah tersebut, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.

Ia mengatakan, para guru mencoba menyebarkan anak-anak, tapi pesawat tempur berlalu cepat dan menjatuhkan bom tanpa pandang bulu.

"Saya belum dapat mengumpulkan semua data korban karena orang tua sedang terburu-buru," kata guru itu.

 

2. Junta bantah serangan itu

Pemimpin Junta Militer Myanmar, Min Aung Hlaing. (commons.wikimedia.org/Vadim Savitsky, mil.ru)

Tim informasi junta menentang laporan serangan tersebut. Menurut mereka, hal itu hanya informasi yang dibuat-buat.

"Tak ada serangan udara terhadap target non-militer," kata junta dalam sebuah pernyataan.

Myanmar telah dilanda perang saudara sejak militer menggulingkan pemerintahan sipil pada tahun 2021, dengan junta menderita kerugian besar akibat banyaknya gerilyawan anti-kudeta dan kelompok bersenjata etnis yang telah lama aktif.

Namun, militer berjanji melakukan gencatan senjata sepanjang bulan ini "untuk melanjutkan proses pembangunan kembali dan rehabilitasi" setelah gempa berkekuatan 7,7 magnitudo di wilayah tengah Myanmar yang menewaskan hampir 3.800 orang.

3. Puluhan ribu orang masih tinggal di luar rumah usai gempa

Pemimpin junta (tengah) Min Aung Hlaing melihat penyelamatan korban gempa di Myanmar. (X/@IrrawaddyNews)

Puluhan ribu orang masih tinggal di luar rumah setelah gempa dahsyat itu menghancurkan atau merusak rumah mereka, menghadapi kemungkinan musim hujan yang akan dimulai dalam beberapa minggu mendatang.

"Kebutuhannya sangat besar," kata Jagan Chapagain, sekretaris jenderal Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.

PBB dan pemantau konflik independen mengatakan junta militer telah melanjutkan kampanye pemboman udara meskipun gencatan senjata dimaksudkan untuk meringankan penderitaan.

Minggu lalu, PBB mengatakan bahwa sejak gempa bumi tersebut, lebih dari 200 warga sipil telah tewas dalam sedikitnya 243 serangan militer, termasuk 171 serangan udara.

Dalam deklarasi gencatan senjata, militer memperingatkan akan mengambil tindakan defensif yang diperlukan jika ditekan oleh lawan-lawannya.

Editorial Team