Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres. (Vlada Republike Slovenije from Ljubljana, Slovenia, Public domain, via Wikimedia Commons)
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengatakan, sangat khawatir dengan laporan serangan tersebut. Ia mengecam hal itu.
Lewat juru bicaranya di New York, Guterres menyerukan sekolah harus menjadi area aman. "Sekolah harus tetap menjadi area bagi anak-anak belajar dan merasa aman untuk belajar, tidak boleh dibom," kata jubir itu, dilansir Asia One, Selasa (13/5/2025).
Bangunan sekolah hijau itu hancur berkeping-keping pada hari Senin sore, atap logamnya remuk dengan lubang menganga yang meledak melalui dinding batanya.
Lebih dari selusin tas buku yang terbengkalai ditumpuk di depan sebuah tiang yang mengibarkan bendera Myanmar di luar, saat para orang tua memahat kuburan kecil dari tanah yang keras untuk menguburkan jasad anak-anak mereka yang terbungkus kafan.
"Saat ini total 22 orang (20 anak-anak dan 2 guru) telah tewas," kata seorang guru berusia 34 tahun di sekolah tersebut, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.
Ia mengatakan, para guru mencoba menyebarkan anak-anak, tapi pesawat tempur berlalu cepat dan menjatuhkan bom tanpa pandang bulu.
"Saya belum dapat mengumpulkan semua data korban karena orang tua sedang terburu-buru," kata guru itu.