Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ratusan Warga Myanmar Kabur ke Thailand, Ada Apa?

bendera Myanmar (pexels.com/Gu Bra)
bendera Myanmar (pexels.com/Gu Bra)
Intinya sih...
  • Lebih dari 300 warga Myanmar melarikan diri ke Thailand menyusul serangan terhadap militer oleh kelompok etnis bersenjata.
  • Tentara Pembebasan Nasional Karen (KNLA) dan Organisasi Pertahanan Nasional Karen (KNDO) menyerang sebuah pangkalan militer di negara bagian Kayin, dekat perbatasan Thailand.
  • Myanmar telah terjerumus ke dalam konflik sejak kudeta militer pada 2021, dengan junta berperang melawan koalisi organisasi etnis bersenjata dan kelompok perlawanan prodemokrasi.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta IDN Times - Lebih dari 300 warga Myanmar melarikan diri ke Thailand menyusul serangan terhadap militer oleh kelompok etnis bersenjata. Insiden ini terjadi beberapa hari setelah junta militer Myanmar memperpanjang gencatan senjata sementara pascagempa pada Maret 2025.

Pada Rabu (7/5/2025), Tentara Pembebasan Nasional Karen (KNLA) dan sekutunya Organisasi Pertahanan Nasional Karen (KNDO) dilaporkan menyerang sebuah pangkalan militer di negara bagian Kayin, sekitar 2,5 km dari perbatasan Thailand.

“Serangan itu dilakukan dengan mengepung pangkalan dari jarak dekat dan menggunakan drone bersenjata untuk menjatuhkan bahan peledak secara terus-menerus sepanjang hari,” kata militer Thailand dalam sebuah pernyataan pada Kamis (8/5/2025), dikutip dari CNA.

1. 327 warga Myanmar telah menyeberang ke Thailand pada Kamis

Pejabat Thailand mengatakan, sedikitnya 327 warga negara Myanmar telah menyeberang ke Thailand hingga Kamis. Mereka mengungsi di dua lokasi penampungan sementara, termasuk sebuah kuil. Tentara dan polisi dikerahkan untuk memberikan pengamanan dan bantuan kemanusiaan.

Sementara itu, pasukan Thailand telah meningkatkan patroli di sepanjang perbatasan di provinsi Tak untuk mencegah potensi pelanggaran kedaulatan oleh pasukan bersenjata asing.

Myanmar telah terjerumus ke dalam konflik sejak kudeta militer pada 2021, dengan junta berperang melawan koalisi organisasi etnis bersenjata dan kelompok perlawanan prodemokrasi. Puluhan ribu orang, termasuk anak-anak, telah tewas akibat konflik tersebut, dikutip dari BBC.

2. Junta dan kelompok bersenjata berulang kali melanggar gencatan senjata

Gempa berkekuatan 7,7 skala Richter mengguncang Myanmar pada 28 Maret 2025, tepatnya di dekat pusat kota Mandalay. Hampir 3.800 orang tewas dan puluhan ribu lainnya kehilangan tempat tinggal akibat bencana tersebut.

Pada 2 April 2025, junta militer Myanmar dan kelompok bersenjata mengumumkan gencatan senjata guna mendukung upaya bantuan dan pemulihan. Namun, kedua belah pihak dilaporkan berulang kali melanggar kesepakatan tersebut.

Pengawas dari Pusat Ketahanan Informasi yang berbasis di Inggris mencatat 65 serangan udara yang dilakukan oleh militer selama periode gencatan senjata. Banyak di antaranya terjadi di wilayah yang paling parah terdampak gempa.

3. Junta Myanmar umumkan gencatan senjata baru yang berlangsung hingga akhir Mei

Pada Selasa (6/5/2025), junta Myanmar mengumumkan gencatan senjata baru yang akan berlangsung hingga akhir Mei. Gencatan senjata kemanusiaan sebelumnya berakhir pada 1 Mei.

“Kami harus melindungi kota-kota dan kehidupan masyarakat dengan menggunakan serangan udara. Kami minta maaf karena warga harus mengungsi dari kota dan desanya karena pertempuran. Penduduk setempat tahu betul kelompok mana yang mengancam kehidupan mereka,” kata seorang perwira militer di negara bagian Karen.

Beberapa kelompok oposisi bersenjata juga telah mengumumkan gencatan senjata, sementara sebagian lainnya tetap melanjutkan serangan. Seorang anggota milisi yang bersekutu dengan junta mengatakan bahwa kelompok bersenjata menghadapi tekanan dari aktivis prodemokrasi untuk melanjutkan pertempuran, dilansir dari CNA.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fatimah
EditorFatimah
Follow Us