Kepala junta sekaligus pemimpin de facto Myanmar, Min Aung Hlaing, mengatakan bahwa pemungutan suara tidak dapat dilakukan di tengah berlanjutnya pertempuran di wilayah Sagaing, Magway, Bago Tanintharyi, Karen, Kayah dan Chin. .
“Kami perlu waktu untuk melanjutkan tugas kami untuk persiapan sistematis karena kami tidak boleh mengadakan pemilihan yang akan datang dengan tergesa-gesa,” katanya.
Nay Phone Latt, juru bicara Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) yang merupakan pemerintah bayangan Myanmar, mengatakan perpanjangan aturan darurat sudah diprediksi sebelumnya.
“Junta memperpanjang keadaan darurat karena para jenderal memiliki nafsu akan kekuasaan dan tidak ingin kehilangannya. Begitu pula kelompok revolusioner, kami akan terus berusaha untuk mempercepat kegiatan revolusioner kami saat ini,” kata Nay.
Militer Myanmar melabeli NUG dan kelompok sayap bersenjatanya, Pasukan Pertahanan Rakyat, sebagai teroris. Tak sedikit korban yang berjatuhan dari kedua belah pihak sejak kudeta 2021.