Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pemimpin junta Myanmar Min Aung Hlaing. (Mil.ru, CC BY 4.0 , via Wikimedia Commons)
Pemimpin junta Myanmar Min Aung Hlaing. (Mil.ru, CC BY 4.0 , via Wikimedia Commons)

Intinya sih...

  • Gencatan senjata di Myanmar mulai 2-22 April 2025 untuk bantu korban gempa.
  • Korban tewas gempa mencapai 3.003 orang, PBB alokasikan dana bantuan $12 juta.
  • Junta Myanmar akan hadiri KTT regional di Thailand dan insiden tembakan ke konvoi Palang Merah China.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Junta Myanmar mengumumkan gencatan senjata sementara setelah gempa dahsyat yang melanda negara tersebut. Gencatan senjata akan berlaku mulai 2 April hingga 22 April 2025 untuk mempercepat upaya bantuan dan rekonstruksi pascagempa.

Korban tewas akibat gempa berkekuatan 7,7 skala Richter tersebut kini mencapai 3.003 orang dengan lebih dari 4.500 orang luka-luka per Rabu (2/4/2025). PBB menyatakan bahwa gempa ini telah memengaruhi lebih dari 28 juta orang di enam wilayah. PBB telah mengalokasikan dana darurat sebesar 12 juta dolar AS (sekitar Rp198 miliar) untuk bantuan kemanusiaan di negara tersebut.

1. Kelompok pemberontak telah lebih dulu mengumumkan gencatan senjata

Keputusan militer Myanmar ini datang setelah kelompok oposisi telah lebih dulu menyatakan jeda operasi militer serupa. Dalam pernyataannya, militer menyatakan gencatan senjata juga bertujuan untuk menjaga stabilitas dan perdamaian, dilansir ABC.

Melansir BBC, Myanmar telah dilanda perang saudara selama empat tahun sejak kudeta militer pada tahun 2021. Saat itu, militer Myanmar menggulingkan pemerintahan sipil pimpinan Aung San Suu Kyi. Konflik ini telah menghancurkan ekonomi dan layanan dasar, termasuk layanan kesehatan, hingga tidak mampu menghadapi bencana alam besar.

Pemimpin Junta Myanmar Min Aung Hlaing akan menghadiri KTT regional di Thailand pada 3-4 April 2025 untuk membahas respons terhadap gempa. Kehadirannya dipandang sebagai terobosan diplomatik karena selama ini pemimpin junta tidak diundang ke pertemuan regional sejak kudeta.

2. Gempa akibatkan krisis medis dan air bersih

Badan bantuan memperingatkan bahwa gempa telah memicu krisis medis serius. PBB melaporkan bahwa penduduk kota Mandalay, salah satu wilayah yang paling parah terdampak, kini terputus dari listrik dan air bersih.

"Air, baik dalam kuantitas maupun kualitas, sangat kurang di seluruh negeri dan khususnya di wilayah-wilayah terkena gempa. Kekurangan air menciptakan masalah kelangsungan hidup langsung dan bisa memicu epidemi di masa depan," ujarnya, jelas Koordinator Lapangan Dokter Tanpa Batas (MSF), Mikhael De Souza, dilansir CNN.

Kasus diare akut dan penyakit terkait panas meningkat di lokasi pengungsian. Harapan menemukan korban selamat juga semakin tipis lima hari setelah gempa. Namun, tim penyelamat baru-baru ini berhasil mengevakuasi dua pria dari reruntuhan hotel di Naypyidaw dan seorang pria lainnya dari sebuah penginapan.

3. Insiden penembakan konvoi bantuan China

Sebuah insiden terjadi pada Selasa malam (1/4/2025), ketika militer Myanmar menembakkan tembakan peringatan ke arah konvoi Palang Merah China yang membawa bantuan gempa. Juru bicara militer mengklaim konvoi tersebut tidak memberitahu pihak berwenang bahwa mereka berada di zona konflik. Pemerintah China memastikan tim mereka aman setelah insiden tersebut.

"Kami berharap semua pihak di Myanmar akan memprioritaskan upaya bantuan gempa dan memastikan keselamatan tim penyelamat serta pasokan dari China dan negara lain," kata Guo Jiakun, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, dikutip Al Jazeera.

Wilayah pedesaan Sagaing yang terdampak parah menjadi area tersulit dijangkau karena sebagian besar berada di bawah kendali kelompok pemberontak. Human Rights Watch meminta pemerintah Myanmar membuka jalur bagi tim bantuan kemanusiaan. Sampai saat ini, besarnya kerusakan akibat gempa belum bisa dipastikan secara menyeluruh karena banyak daerah kehilangan listrik, telepon, dan internet.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team