Melansir Al Jazeera, artikel itu dianggap cerita palsu karena surat kabar tidak menggunakan foto Hossain dalam kutipannya, tapi menggunakan foto orang lain yang juga dikutip dalam artikel tersebut, seorang penjual bunga bernama Sobuj.
Setelah artikel dirilis, Nijhoom Majumder, seorang pengacara melakukan penyelidikan. Dia melacak Sobuj dan mengatakan bahwa dia tidak memberikan kutipan khusus itu.
Channel 71, stasiun televisi pro-pemerintah, menemani pengacara tersebut dan memuat laporan yang menuduh Prothom Alo menggunakan kutipan palsu.
Terkait kesalahan foto yang digunakan, Sajjad Sharif, editor eksekutif Prothom Alo, mengakui kesalahan unggahan di Facebook, tapi mengatakan bahwa kutipan Hossain benar. Prothom Alo telah menghapus postingan itu dan mengunggah ulang artikel dengan menyampaikan klarifikasi.
“Dari surat kabar kami, kami akan memberikan semua dukungan hukum untuk melawan kasus Shams,” kata Sharif.
“Ya, ada kebingungan karena Prothom Alo menggunakan foto yang salah dengan kutipan di unggahan Facebooknya, tetapi surat kabar mengeluarkan klarifikasi. Di sisi lain, apa yang dilakukan pengacara Majumder atau Channel 71 menyesatkan. Mereka mencoba untuk memastikan bahwa Sobuj memberikan kutipan itu ketika jelas itu diberikan oleh pekerja harian Hossain yang tidak mereka wawancarai atau temukan,” kata Qadaruddin Shishir, editor Cek Fakta Bangladesh di kantor berita Agency France Paris.
Shishir menganggap, penyelidikan atas kebenaran berita tersebut merupakan kampanye misinformasi yang dijalankan oleh banyak aktivis dan media pro-pemerintah.
“Mereka selalu berusaha membungkam media yang menjalankan cerita kritis terhadap narasi pemerintah tentang pembangunan berkelanjutan,” tambahnya.