Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) mengadakan pembicaraan dengan Ketua Dewan Negara Korea Utara, Kim Jong Un (kiri), di Vladivostok, tepatnya di Pulau Russky pada 25 April 2019. (The Presidential Press and Information Office, CC BY 4.0, via Wikimedia Commons)
Dalam kunjungan ke galangan kapal, Kim juga melontarkan kritik keras terhadap rencana Korsel mengembangkan kapal selam bertenaga nuklir. Ia menyebut langkah tersebut sebagai tindakan ofensif.
Kim menilai rencana itu melanggar keamanan serta kedaulatan maritim Korut. Ia juga menyatakan kebijakan Korsel semakin menguatkan alasan Pyongyang untuk terus memodernisasi angkatan bersenjata dan mempertahankan persenjataan nuklir, meski Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendukung program Seoul tersebut.
Kim menyebut keberhasilan proyek kapal selam Korut akan membawa perubahan besar dalam memperkokoh daya pencegah nuklir negaranya. Dukungan AS terhadap Korsel sebelumnya disampaikan Trump saat lawatan ke Asia untuk menarik investasi.
Melalui unggahan di Truth Social, Trump menyatakan teknologi AS memungkinkan Korsel membangun kapal selam nuklir yang dirakit di Philadelphia.
“Korea Selatan akan membangun kapal selam bertenaga nuklirnya di galangan kapal Philadelphia, tepat di sini di AS yang baik. Pembangunan kapal di negara kami akan segera membuat KEMBALI BESAR,” tulis Trump, dikutip dari Fox News.
Gedung Putih kemudian menegaskan pernyataan itu melalui lembar fakta pada November. Dokumen tersebut menyebut upaya Washington dan Seoul dalam memperkuat kemitraan maritim dan nuklir.
Di sisi lain, sejumlah pakar menilai kedekatan Korut dengan Rusia berpotensi menghasilkan alih teknologi. Hubungan tersebut mencakup pengiriman pasukan dan peralatan militer untuk mendukung operasi Presiden Vladimir Putin di Ukraina.
Meski ada spekulasi Korut berupaya memperoleh reaktor dari Rusia, termasuk dari kapal selam yang telah dipensiunkan, Moon menilai Pyongyang lebih mungkin mengembangkan reaktor sendiri. Dukungan teknologi dari Moskow disebut tetap mengalir.
Ketegangan di Semenanjung Korea pun meningkat seiring percepatan program nuklir Korut dan penguatan hubungan dengan Rusia. Kedekatan itu terjalin setelah Moskow melancarkan invasi penuh ke Ukraina pada awal 2022.