Pemandangan Merlion Park dengan kursi dan meja kosong saat Singapura, pada 26 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Edgar Su
Karena menganggap langkah sebelumnya belum efektif dalam menekan angka COVID-19, pemerintah Singapura memutuskan untuk menerapkan cara yang lebih ketat. Pada Jumat lalu (3/4), Perdana Menteri Lee Hsien Loong mengumumkan penutupan semua sekolah dan memerintahkan penghentian sebagian besar bisnis.
Channel News Asia melaporkan peraturan tersebut mulai berlaku pada Selasa (7/4) dan diperkirakan berakhir pada 4 Mei. Jenis-jenis usaha yang masih boleh beroperasi adalah yang berada di sektor bisnis dan layanan mendasar seperti penjualan makanan, pasar dan supermarket, klinik, rumah sakit, transportasi publik dan perbankan. Sedangkan semua kegiatan belajar harus dilakukan di rumah.
Lee menegaskan pihaknya tak bersedia menunggu lebih lama lagi untuk "membuat sebuah keputusan penting untuk mencegah eskalasi infeksi". Melalui serangkaian diskusi dengan berbagai satuan tugas di kementerian-kementerian terkait, Lee akhirnya memutuskan sekarang adalah waktunya memberlakukan aturan lebih ketat.
"Melihat tren, saya khawatir kecuali kita mengambil langkah lebih lanjut, situasi akan secara gradual memburuk, atau klaster besar lainnya bisa memporak-porandakan semuanya," tegas Lee. "Oleh karena itu, kami akan memberlakukan langkah-langkah yang secara signifikan lebih ketat. Ini seperti pemutusan sambungan listrik," sambungnya.