Kasus Influenza di Jepang Melonjak, Warga Pakai Masker Lagi

Intinya sih...
- Kasus influenza di Jepang mencapai rekor tertinggi pada akhir Desember 2024.
- Lonjakan kasus influenza berdampak pada dunia pendidikan dengan 1.838 sekolah harus menghentikan aktivitas belajar-mengajar.
- Pengiriman obat anti-influenza terhenti sementara, memaksa Kementerian Kesehatan meminta penggunaan obat alternatif agar distribusi obat tetap terkendali.
Jakarta, IDN Times - Kasus influenza di Jepang mencapai rekor tertinggi pada akhir Desember 2024. Rata-rata 64,39 kasus per klinik tercatat dalam sepekan hingga 29 Desember. Angka ini naik signifikan dari 42,66 kasus pada minggu sebelumnya.
Sebanyak 317.812 kasus baru dilaporkan di 5 ribu institusi medis. Angka ini menjadi yang tertinggi sejak metode survei saat ini dimulai pada 1999. Situasi ini membuat pemerintah mengambil langkah untuk menjaga ketersediaan obat.
Kementerian meminta fasilitas medis memesan obat sesuai kebutuhan dan menghindari pemesanan berlebih.
1. Peningkatan signifikan di berbagai wilayah
Dilansir NHK, semua prefektur di Jepang melaporkan kenaikan kasus influenza. Oita mencatat angka tertinggi dengan rata-rata 104,84 kasus per klinik. Disusul Kagoshima dengan 96,4 kasus, dan Saga dengan 94,36 kasus.
Sebanyak 43 prefektur sudah melampaui ambang batas peringatan, yakni 30 kasus per klinik. Hanya empat prefektur—Akita, Yamagata, Toyama, dan Okinawa—yang masih di bawah ambang batas tersebut.
Melansir Japan Times, kenaikan kasus ini juga berdampak pada dunia pendidikan. Sebanyak 1.838 sekolah harus menghentikan aktivitas belajar-mengajar. Rinciannya, 1.200 sekolah dasar, 391 sekolah menengah pertama, dan 135 sekolah menengah atas.
2. Lonjakan pasien membuat fasilitas kesehatan kewalahan
Dilaporkan The Asahi Shimbun, lonjakan pasien terus terjadi hingga menekan kapasitas fasilitas kesehatan. Pasien rawat inap melonjak menjadi 5.144 orang, naik signifikan dari 3.115 pasien pada minggu sebelumnya. Sebanyak 259 pasien harus dirawat intensif di unit ICU.
Sejak September hingga Desember 2024, total 11.800 pasien dirawat di rumah sakit. Mayoritas pasien adalah warga lanjut usia, terutama yang berusia di atas 60 tahun. Kondisi ini semakin menambah tekanan pada sistem kesehatan di Jepang.
3. Kekurangan obat akibat permintaan tinggi
Permintaan obat anti-influenza yang melonjak menambah tantangan lain. Sawai Pharmaceutical Co., produsen obat Tamiflu generik, menghentikan sementara pengiriman produknya. Perusahaan ini mengaku kesulitan memenuhi permintaan tinggi.
Pengiriman sirup akan kembali dilakukan akhir Januari 2025, sementara kapsul baru tersedia pada awal Februari 2025. Untuk sementara, Kementerian Kesehatan meminta penggunaan obat alternatif agar distribusi obat tetap terkendali.
Pemerintah juga terus mengimbau masyarakat memperketat protokol kesehatan. Penggunaan masker dan mencuci tangan secara rutin diharapkan dapat menekan laju penyebaran influenza di tengah lonjakan kasus.