Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Potret Shibuya Crossing di Tokyo, Jepang. (pixabay/uniquedesign52)
Potret Shibuya Crossing di Tokyo, Jepang. (pixabay/uniquedesign52)

Intinya sih...

  • Pelecehan kekuasaan oleh atasan menjadi faktor utama kasus tersebut

  • Individu yang berusia 40-an adalah mereka yang paling terdampak

  • Pemerintah Jepang berkomitmen mencegah tekanan berlebihan di tempat kerja

Jakarta, IDN Times - Kasus kesehatan mental terkait pekerjaan mencapai rekor tertinggi di Jepang, menandai peningkatan selama 6 tahun berturut-turut.

Data pemerintah menunjukkan bahwa terdapat 1.055 kasus depresi dan penyakit mental lainnya akibat stres ekstrem pada sepanjang 2024. Angka tersebut naik sebanyak 172 kasus dari tahun sebelumnya.

"Ada sejumlah pekerja yang mengalami tekanan berat akibat hubungan antarmanusia di tempat kerja dan perubahan lingkungan," kata pejabat Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan pada Rabu (25/6/2025), dikutip dari Kyodo News.

1. Pelecehan kekuasaan oleh atasan menjadi faktor utama kasus tersebut

Temuan dari kementerian tersebut melaporkan bahwa pelecehan oleh atasan merupakan penyebab utama masalah kesehatan mental. Jumlah itu mencakup 224 kasus. Penyebab penting lainnya adalah perubahan signifikan dalam tugas dan beban kerja sebanyak 119 kasus.

Penganiayaan oleh pelanggan, termasuk kekerasan fisik dan verbal terhadap pekerja, merupakan penyebab gangguan mental paling umum ketiga. Ini dengan 108 kasus dilaporkan dan 78 melibatkan perempuan. Sementara, 105 orang menyebutkan pelecehan seksual.

Sejak 2023, pelecehan oleh pelanggan ditambahkan ke daftar insiden yang memenuhi syarat untuk kompensasi pekerja karena tekanan mental.

2. Individu yang berusia 40-an adalah mereka yang paling terdampak

Potret stasiun kereta di Tokyo, Jepang. (unsplash.com/HONG FENG)

Angka terbaru juga mencakup 88 kasus bunuh diri dan percobaan bunuh diri. Jumlah tersebut naik 9 kasus dari tahun sebelumnya.

Berdasarkan pekerjaan, jumlah kasus kompensasi pekerja tertinggi karena masalah kesehatan mental terdapat pada bidang jaminan sosial dan kesejahteraan, yaitu sebanyak 270 kasus.

Dilansir NHK News, survei kementerian juga menemukan bahwa terdapat 241 kasus santunan kecelakaan kerja yang diberikan untuk pendarahan otak, serangan jantung, dan penyakit berat lainnya yang disebabkan oleh beban kerja yang berlebihan. Angka tersebut meningkat 25 dari tahun sebelumnya. Dari jumlah itu, 67 orang meninggal dunia, yang berarti bertambah 9 kematian.

Berdasarkan usia, individu yang paling terkena dampak adalah mereka yang berusia 40-an dengan 283 kasus, 30-an dengan 245 kasus, dan yang berusia 20-an dengan 243 kasus.

Jumlah total permohonan yang diajukan untuk kompensasi pekerja karena penyakit mental mencapai rekor tertinggi, yakni 3.780. Angka tersebut naik 205 dari tahun sebelumnya.

3. Pemerintah Jepang berkomitmen mencegah tekanan berlebihan di tempat kerja

Ilustrasi bendera Jepang. (unsplash.com/Roméo A.)

Tren ini menyoroti tantangan berkelanjutan terkait kesehatan mental di tempat kerja di Jepang. Negara tersebut telah dikenal dengan budaya kerjanya yang menuntut.

Merespons hal itu, pemerintah Jepang akan terus berupaya mencegah kerja berlebihan dan pelecehan di tempat kerja.

Pada Maret 2025, seorang kepala departemen di biro lingkungan kota Fukuoka dituduh melecehkan bawahannya dengan melotot ke arah pegawai selama rapat dan membanting meja. Ia dituduh berulang kali melakukan tindakan intimidasi, seperti menegur bawahan. Akibatnya, ia dijatuhi pemotongan gaji sebesar 10 persen selama 6 bulan.

Kepala departemen itu mengaku bahwa suaranya keras dan ia berbicara dalam dialek Hakata, yang mungkin kedengarannya kasar, dikutip dari The Mainichi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Topics

Editorial Team

EditorRama