Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi kekeringan yang melanda Afrika (unicef.org)

Jakarta, IDN Times - Kekeringan parah yang melanda wilayah Tanduk Afrika dinilai lebih buruk daripada bencana kelaparan 2011 lalu yang menewaskan ratusan ribu orang.

Melansir Al Jazeera, Pusat Prediksi dan Aplikasi Iklim (IGAD) mengatakan pada Rabu (23/2/2023), curah hujan di bawah normal diperkirakan terjadi pada musim hujan selama tiga bulan ke depan.

“Di beberapa bagian Etiopia, Kenya, Somalia, dan Uganda yang paling terdampak oleh kekeringan baru-baru ini, ini bisa menjadi musim hujan keenam yang gagal berturut-turut,” katanya.

Lebih dari 36 juta orang terdampak di ketiga negara tersebut. Kondisi kering di atas normal juga dilaporkan meningkat di beberapa bagian Burundi, Tanzania timur, Rwanda, dan Sudan Selatan bagian barat, tambah pusat itu.

Kekeringan yang melanda wilayah semenanjung di Afrika Timur ini telah berlangsung selama hampir tiga tahun dan mengakibatkan puluhan ribu orang meninggal. Di Somalia saja, lebih dari 1 juta peduduk telah mengungsi, menurut PBB.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengatakan pada Rabu bahwa sebanyak 8,3 juta orang akan membutuhkan bantuan kemanusiaan tahun ini.

1. Sekitar 23 juta orang alami krisis pangan

Bulan lalu, koordinator residen PBB di Somalia memperingatkan bahwa kematian di Somalia kemungkinan besar akan melampaui bencana kelaparan yang terjadi di negara tersebut pada 2011. Adapun kekeringan kali ini menjadi yang terpanjang dan terparah dalam sejarah Somalia.

Hampir 23 juta orang dinilai sangat rawan pangan, baik di Somalia, Ethiopia dan Kenya, menurut kelompok kerja ketahanan pangan.

Sebagian besar orang yang terdampak di seluruh wilayah adalah penggembala atau petani. Kondisi ini mengakibatkan tanaman layu, sumber air mengering, dan 11 juta ternak yang menjadi andalan keluarga mati.

2. Kekeringan makin memperburuk krisis yang telah ada

Editorial Team

Tonton lebih seru di