Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, jumlah dokter yang dibunuh oleh pasukan Israel telah bertambah menjadi 492 orang, sejak perang Israel-Hamas dimulai pada 7 Oktober.
“Paman saya terluka saat kami berada di Rumah Sakit Indonesia ketika pasukan Israel mengepung kami selama empat hari, saat dia berada di ruang operasi. Pada hari keempat, pasukan Israel memasuki rumah sakit dan menanyakan tentang paman saya, Mirwan al-Barsh, ayah saya, dan dokter lainnya. Untungnya, keesokan harinya ada gencatan senjata, jadi mereka tidak dibawa pergi," papar Abdallah.
Setelah gencatan senjata, Adnan pergi ke Rumah Sakit al-Awda untuk melanjutkan pekerjaannya di sana. Tentara Israel kemudian mengepung rumah sakit tersebut dan menahannya di sana.
“Kami mencoba mendapatkan berita apa pun tentang paman saya dari dalam penjara Israel. Para tahanan yang dibebaskan mengatakan kepada kami bahwa ia menghadapi situasi yang sulit dan menjadi sasaran penyiksaan," ujarnya.
Francesca Albanese, Pelapor Khusus PBB untuk situasi hak asasi manusia di Tepi Barat dan Gaza, khawatir saat mendengar berita kematian Adnan. Ia pun mendesak pihak internasional untuk memberikan perlindungan terhadap warga Palestina.