Jakarta, IDN Times - Samir Ayoub, seorang jurnalis Lebanon, harus kehilangan empat kerabatnya dalam serangan udara Israel di dekat perbatasan Israel-Lebanon pada Minggu (5/11/2023) malam. Dengan mata kepala sendiri, ia menyaksikan orang-orang yang disayanginya terbakar tanpa bisa berbuat apa-apa.
“Anak-anak itu terbakar di dalam mobil tepat di depan mata saya dan saya tidak dapat menolong mereka,” kata Ayoub, yang berbicara kepada The National di rumahnya di desa perbatasan Ainata, pada Senin (6/11/2023).
Ayoub sedang dalam perjalanan ke Ainata, ketika kendaraan di belakangnya, yang ditumpangi keponakannya Huda Hijazi, ketiga putrinya dan nenek mereka Samira Ayoub, terkena bom. Hanya keponakannya yang berhasil selamat.
“Saya melihat mobil terbakar dan mendengar tangisan. Tangisan itu berasal dari keponakan saya, satu-satunya yang selamat. Ketiga putrinya menjerit saat mereka terbakar di dalam mobil. Keponakan saya meminta kepada saya, 'Paman, saya ingin anak-anak saya. Tarik mereka keluar dari mobil',” katanya, dengan air mata berlinang.
Ketiga anak perempuan tersebut, Reemas, 14 tahun, Talin, 12 tahun, dan Layan, 10 tahun serta nenek mereka, termasuk di antara 14 warga sipil yang tewas di wilayah Lebanon dalam konflik yang terus berlanjut antara Israel dan Hizbullah. Keduanya telah saling baku tembak di perbatasan sejak kelompok Palestina Hamas dan Israel berperang pada 7 Oktober.