Dilansir dari AP News, di saat negara-negara lain di dunia telah membuka diri, China justru semakin disibukkan dengan lonjakan kasus baru COVID-19 akhir-akhir ini. Platform media sosial populer setempat, Sina Weibo, mengatakan sebanyak 12.854 pelanggaran termasuk serangan terhadap para ahli, sarjana, dan tenaga medis serta mengeluarkan larangan sementara atau permanen pada 1.120 akun media sosial.
Partai penguasa setempat, Partai Komunis China, secara tegas membatasi kebebasan berbicara serta tidak mengizinkan adanya pemberian kritik secara langsung. Sebelumnya, pada Desember 2022 lalu, pemerintah China sempat mencabut aturan ketat. Namun, lonjakan kasus per hari yang semakin meningkat membuat pemerintah China kembali mengambil tindakan memperketat aturan pembatasan.
Sebagian besar kritik yang disampaikan terfokus pada pembatasan perjalanan yang membuat sebagian besar warga setempat terkurung di dalam rumah selama berminggu-minggu lamanya. Selama pembatasan itu juga, mereka dibiarkan tanpa adanya makanan atau perawatan medis yang memadai.