Presiden Amerika Serikat Donald J Trump bertemu Kim Jong-Un di Singapura (ANTARA FOTO/REUTERS/Jonathan Ernst)
Kim melakukan tiga pertemuan dengan Presiden AS yang belum pernah terjadi sebelumnya pada masa jabatan Donald Trump. Keduanya lantas berkorespondensi dalam serangkaian surat. Tapi upaya itu gagal menghasilkan kesepakatan denuklirisasi.
Biden mengutarakan pada bulan Oktober tahun lalu lalu, ia akan bertemu Kim dengan syarat bahwa Korea Utara akan setuju untuk menurunkan kapasitas nuklirnya. Bulan lalu, diplomat Kurt Campbell mengatakan AS akan datang dan membuat keputusan awal untuk pendekatan terhadap kebijakan yang akan diambil bersama Korea Utara dan tidak mengulangi penundaan lagi era Obama.
Kim menganggapi hal tersebut dengan menyerukan lebih banyak penelitian dan pengembangan peralatan militer canggih, mulai dari satelit mata-mata, senjata hipersonik, rudal balistik antarbenua berbahan bakar padat, hingga pesawat pengintai nirawak.
Pyongyang telah mencurahkan sumber daya dalam jumlah besar untuk mengembangkan senjata nuklir dan rudal balistiknya. Mereka menilai hal itu perlu terus dipertahankan dengan kemungkinan adanya invasi AS. Sejauh ini ledakan nuklirnya dan misil yang paling kuat hingga saat ini mampu menjangkau seluruh AS dengan biaya sanksi internasional yang semakin ketat.
"Kegiatan politik luar negeri kami harus difokuskan dan diarahkan kembali untuk menundukkan AS, musuh terbesar kami dan hambatan utama bagi perkembangan inovatif kami," kata Kim pada Jumat, menurut laporan KCNA mengenai sambutannya.