Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kim Jong-un Akui Sebagian Besar Ekonomi Negaranya Alami Kegagalan

Presiden Korea Utara, Kim Jong-un. (Instagram.com/marshalkimjongun)
Presiden Korea Utara, Kim Jong-un. (Instagram.com/marshalkimjongun)

Pyongyang, IDN Times - Presiden Korea Utara, Kim Jong-un, mengakui adanya kegagalan di sebagian besar sektor ekonomi dalam beberapa tahun terakhir ini. Hal tersebut menjadi tantangan berat bagi Kim Jong-un untuk memperbaiki perekonomian ke depannya. Bagaimana awal ceritanya?

1. Krisis tersebut diakui oleh Kim belum pernah terjadi sebelumnya

Rapat kongres yang digelar oleh Kim Jong-un pada tanggal 5 Januari 2021 waktu setempat. (Twitter.com/disclosetv)
Rapat kongres yang digelar oleh Kim Jong-un pada tanggal 5 Januari 2021 waktu setempat. (Twitter.com/disclosetv)

Dilansir dari The Guardian, Kim mengakui bahwa sebagian besar di sektor perekonomian Korea Utara mengalami kegagalan dan berjanji untuk menghindari terulangnya kegagalan tersebut pada pertemuan rapat Kongres yang digelar tanggal 6 Januari 2021 waktu setempat. Kim mengatakan dalam Kongres bahwa rencana 5 tahun kebijakan perekonomian yang diterapkan gagal mencapai tujuan dan pihaknya harus lebih jauh mempromosikan dan memperluas keberhasilan dan kemenangan yang telah dicapai melalui upaya kerja keras.

Dengan demikian, Kim akan menghadapi tantangan berat dari pemerintahannya selama 9 tahun terakhir, yang disebabkan oleh apa yang disebutnya sebagai krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hal itu juga sedang diawasi ketat untuk tanda-tanda perubahan dalam kebijakan perekonomian, setelah setahun di mana Korea Utara dilanda bencana alam serta efek pandemi COVID-19 dan sanksi internasional yang diberlakukan sebagai tanggapan terhadap rudal nuklir dan program balistiknya.

Sampai saat ini, pemerintahan Korea Utara melaporkan tak ada satu kasus COVID-19 yang tercatat di mana penutupan perbatasan dan penangguhan penerbangan interasional yang mengakibatkan perekonomian Korea Utara semakin rapuh.

2. Hubungan antara Korea Utara dengan Amerika Serikat masih menemui jalan buntu

Hubungan antara Amerika Serikat dengan Korea Utara. (Pixabay.com/geralt)
Hubungan antara Amerika Serikat dengan Korea Utara. (Pixabay.com/geralt)

Hubungan kerjasama antara Amerika Serikat dengan Korea Utara masih menemui jalan buntu sejak pembicaraan resmi antara Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dengan Kim yang digelar tahun 2018 lalu terhenti karena keringanan sanksi dan menyerah sebagai bentuk imbalan. Ada spekulasi bahwa Kim khawatir bahwa Biden akan membuang gaya diplomatik sangat pribadi seperti yang ditunjukkan oleh Trump, yang ditemui Kim sebanyak 3 kali, dan sebaliknya memilih untuk menekan Korea Utara agar mengambil langkah signifikan menuju denuklirisasi.

Seperti para pemimpin dunia lainnya, Kim telah menghitung biaya untuk penanggulangan virus COVID-19 serta menyerukan kepada warganya untuk merangkul kemandirian sebagai tanggapan atas tekanan internal dan eksternal. Kim juga mengatakan telah terjadi kesuksesan yang gemilang yang dicapai oleh partai dan seluruh warga Korea Utara. Ia juga menambahkan bahwa pihaknya telah menganalisis kesalahan yang terwujud dalam upaya penerapan strategi 5 tahun pembangunan ekonomi nasional.

3. Kongres yang digelar kali ini merupakan yang ke-8 sepanjang sejarah Korea Utara

Situasi di sekitar kota Pyongyang, Korea Utara. (Pixabay.com/gfs_mizuta)
Situasi di sekitar kota Pyongyang, Korea Utara. (Pixabay.com/gfs_mizuta)

Sebagai pemimpin Korea Utara, Kim menentukan keputusan penting sehari-hari bersama dengan anggota pemerintahan lainnya, tetapi tanggung jawab Kongres mencakup perumusan kebijakan baru, tinjauan proyek sebelumnya, revisi peraturan partai, dan perombakan posisi pejabat. Kongres yang digelar tahun ini merupakan kongres ke-8 sepanjang sejarah Korea Utara sejak kakeknya, Kim Il-sung, mengadakan Kongres pertama di tahun 1945 dan total telah mengadakan 6 kali dalam pemerintahannya.

Ayah dari Kim Jong-un, Kim Jong-il, justru tidak pernah mengadakan Kongres sejak 1994 hingga meninggal tahun 2011 lalu. Beberapa ahli politik mengatakan bahwa kebijakan mengutamakan militer Kim Jong-il membantu merongrong pengaruh partai Pekerja selama 17 tahun pemerintahannya. Pada tahun 2016 lalu, Kim Jong0un kembali menghidupkan Kongres sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan otoritas partai dan memperkuat cengkeraman pada kekuasaan. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Christ Bastian Waruwu
EditorChrist Bastian Waruwu
Follow Us