Jakarta, IDN Times – Di bawah terik matahari, saat itu pukul 2 siang, Hannah Mgbede bertanya ke suaminya apakah dia bisa beristirahat sejenak dari mengirik padi. Dia ingin menyusui bayi perempuannya berusia 18 bulan, yang diikat dipunggungnya selama melakukan pekerjaan yang melelahkan itu.
Suaminya, Ibrahim Mohammed, biasa memanen sebanyak 10 karung beras setahun dari pertaniannya. Namun, jumlah itu menurun menjadi tiga karung setelah penyerang membakar rumahnya hingga rata dengan tanah beberapa tahun yang lalu, usai konflik antara petani dan penggembala meningkat di bagian barat laut dan tengah Nigeria.
Dengan hasil yang menurun itu, Mohammed tidak menghasilkan cukup uang untuk membeli bibit ubi, kedelai, dan jagung guinea (sorgum).
“Kadang-kadang kami berhasil makan sekali (sehari). Sejak krisis, hanya dengan kasih karunia Tuhan kita diberi makan untuk tetap hidup,” kata Mohammed, yang memiliki tiga anak, berusia lima tahun ke bawah, dikutip dari AP.