Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bentrokan Petani vs Penggembala di Nigeria Tewaskan 45 Orang

Ilustrasi kerusuhan (Unsplash.com/Alex McCarthy)
Ilustrasi kerusuhan (Unsplash.com/Alex McCarthy)

Jakarta, IDN Times - Di negara bagian Nasarawa, Nigeria tengah, petani dan penggembala terlibat bentrokan mematikan. Kantor Kepresidenan Nigeria pada Selasa (21/12/2021) melaporkan, sebanyak 45 orang tewas akibat insiden tersebut. 

Penggembala nomaden dari etnis Fulani menyerbu desa-desa petani dari etnis Tiv yang menetap. Serangan itu sangat mematikan. Sekitar 5.000 penduduk desa dikabarkan telah mengungsi.

Konflik petani-penggembala di Nigeria telah berlangsung lama. Mereka sering terlibat gesekan konflik karena perebutan hak atas wilayah penggembalaan dan hak atas air. Konflik itu bahkan menyeret isu agama, sebab etnis Fulani disimbolkan sebagai Islam dan etnis Tiv disimbolkan sebagai Kristan. 

1. Penyerbuan dilakukan berdasarkan tuduhan yang belum terbukti

Ilustrasi penggembala sapi (Unsplash.com/Vahid Kanani)
Ilustrasi penggembala sapi (Unsplash.com/Vahid Kanani)

Kekerasan antara penggembala dan petani terjadi pada Jumat pekan lalu dan berlangsung hingga Minggu malam. Penggembala Fulani menyerbu sedikitnya 12 desa petani etnis Tiv. 

Sebab utama penyerbuan itu, menurut Daily Nigerian, karena penggembala Fulani yang dibunuh orang tak dikenal yang bersenjata. Laporan pembunuhan itu telah diterima oleh polisi dan pihak berwenang melakukan autopsi serta penyelidikan.

Sementara proses penyelidikan berlangsung, pihak berwenang mengabarkan bahwa kelompok penggembala Fulani menyerbu desa-desa etnis Tiv pada Jumat pagi. Mereka menuduh bahwa pelakunya berasal dari etnis tersebut. 

Serangan terus berlanjut sampai Minggu malam. Awalnya, korban tewas yang dilaporkan dari serangan itu adalah delapan orang. Kemudian, angka korban jiwa terus bertambah setelah ada laporan lainnya. Total mereka yang meninggal akibat serangan itu sekitar 45 orang.

Tim gabungan dari polisi dan militer Nigeria telah dikirim ke lokasi kejadian untuk mengamankan dan menstabilkan situasi.

2. Sebanyak 5.000 orang mengungsi

Dilansir Al Jazeera, Peter Ahemba dari Tiv Development Association mengatakan, akibat serangan itu sekitar 5.000 penduduk dari 12 desa terpaksa mengungsi. 

Masih banyak orang yang dilaporkan hilang. Ada kemungkinan angka korban sebenarnya lebih tinggi karena pencarian belum tuntas.

Presiden Nigeria, Muhammadu Buhari, meminta aparat untuk mengusut tuntas kasus tersebut. Dia menyebut kejadian itu sebagai aksi pembunuhan yang menyayat hati. 

Selain itu, dia juga memastikan bahwa pemerintah tidak akan tinggal diam. 

"Pemerintah akan membawa mereka, para pelaku insiden yang tidak masuk akal dan biadab ini, ke pengadilan," kata Buhari pada Senin (20/12/2021). 

3. Konflik penggembala-petani telah menimbulkan korban lebih tinggi dari pada Boko Haram

Nigeria memiliki beberapa tantangan keamanan yang besar. Beberapa di antaranya adalah kelompok militan Boko Haram dan kelompok bandit bersenjata. Tapi, pada 2018 lalu, sebuah laporan menyebutkan bahwa konflik penggembala-petani yang meningkat telah menimbulkan korban lebih banyak daripada teror Boko Haram.

Dalam laporan International Crisis Group, konflik dua kelompok itu telah terjadi di beberapa negara bagian yakni Benue, Plateau, Adamawa, Nasarawa dan Taraba. Konflik baru-baru ini terjadi di Nasarawa. Pada 2018, sekitar 1.300 orang tewas akibat perseteruan penggembala-petani. 

Selain masalah perebutan hak wilayah penggembalaan dan hak atas air, ada tiga faktor yang dinilai telah memperburuk konflik selama beberapa dekade.

Tiga faktor itu adalah serangan milisi, respons pemerintah yang buruk terhadap panggilan darurat dan gagalnya menghukum pelaku, serta undang-undang baru yang melarang penggembalaan terbuka.

Konflik yang biasanya terjadi dari reaksi spontan kini menjadi provokasi dan serangan terencana yang lebih mematikan. Akar konflik telah ada sejak puluhan tahun lalu. Tapi menurut Al Jazeera, kini provokasi konflik diseret ke gesekan antar agama.

Terkait konflik di Nasarawa, Gubernur Abdullahi Sule berjanji akan mengejar pembunuh penggembala Fulani dan pembunuh petani Tiv.

"Tindakan kekerasan seperti itu sangat disayangkan, terkutuk, dan tidak dapat diterima dan tidak akan dimaafkan oleh pemerintahan ini," kata dia. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us