Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi drone Iran (unsplash.com/Cibi Chakravarthi)

Jakarta, IDN Times – Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Teguh Dartanto, menilai konflik Iran-Israel akan memberi tekanan kepada Indonesia, baik dari segi sosial maupun ekonomi.  

Hal tersebut dia ungkapkan pada acara kolaborasi IDN Times bersama Eisenhower Fellowship (EF) Alumni Indonesia Chapter yang bertajuk “Ngobrol Seru Dampak Konflik Iran-Israel ke Ekonomi RI”, diselenggarakan secara daring pada Senin (15/4/2024). 

Teguh, yang juga merupakan ketua dari perkumpulan Alumni EF Indonesia Chapter, mengungkapkan bahwa webinar ini diselenggarakan untuk membahas konflik Israel-Iran ini dari berbagai aspek.

“Di mana dunia sekarang juga penuh dengan ketidakpastian … dan juga berbagai prediksi dari organisasi global mengenai perlambatan ekonomi dunia sudah ada sebelum konflik ini," katanya. 

Oleh karena itu, dia menyampaikan bahwa konflik ini akan tentunya meningkatkan ketidakpastian dunia. 

1. Konflik Israel-Iran menjadi tekanan bagi Indonesia

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Teguh Dartanto, Senin (15/4/2024) (youtube.com/IDN Times)

Teguh menyampaikan bahwa konflik antara Israel dan Iran juga akan berdampak kepada Indonesia. Sebab, Indonesia memiliki keterbukaan dan kerja sama ekonomi dengan berbagai negara, baik di Timur Tengah ataupun kawasan lain. 

“Ini akan menjadi tekanan bagi ekonomi Indonesia, di mana dengan pemerintahan baru, dengan tantangan baru, dan dengan ketidakpastian. Ini menjadi hal yang sangat luar biasa bagi Indonesia ke depan,” kata Teguh.

2. Dampak kepada harga minyak bergantung kepada respons Israel

Kilang minyak (Pixabay)

Usai serangan Iran terhadap Israel yang terjadi pada Sabtu malam (13/4/2024), banyak ekonom telah menyinggung tentang harga minyak yang kemungkinan besar akan mengalami kenaikan hingga 100 dolar Amerika Serikat (AS) per barel jika adanya eskalasi antara Israel dan Iran. Hal ini menjadi kekhawatiran yang cukup besar karena kenaikan harga minyak dapat diikuti dengan kenaikan harga komoditas lainnya. 

Terkait ini, Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Dirjen Migas) Tutuka Ariadji pun berpendapat yang sama. Meskipun begitu, dia tetap menyoroti bahwa semuanya akan tergantung kepada respons Israel terhadap serangan Iran. 

“Ini akan tergantung dari reaksi investor, produsen, dan konsumen dalam melakukan assessment terhadap risiko. Bagaimana potensi respons Israel mempengaruhi persepsi kemungkinan terjadinya eskalasi pasar,” katanya. 

Indonesia sendiri tidak melakukan importasi migas dari Iran. Importasi BBM yang paling besar berdasarkan dari negara Singapura, sedangkan LPG adalah Amerika Serikat. Namun demikian, Teguh menekankan bahwa Indonesia harus tetap mengantisipasi jika adanya eskalasi konflik. 

3. Iran mengirim ratusan drone dan misil ke Israel

Iran luncurkan penyerangan udara ke langit Israel dengan drone. (x.com/clashreport/subodhrebel)

Iran pertama kali melepaskan ratusan drone dan misil dalam serangan Israel pada Sabtu malam (13/4/2024) waktu setempat. Salah satu sasarannya adalah instalasi militer di dataran tinggi Golan. Aksi ini merupakan balasan Iran terhadap serangan Israel kepada kantor Konsulat Iran di Suriah yang menewaskan petinggi Garda Revolusi Iran. 

Iran mengutuskan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan menyampaikan bahwa tindakan militer Republik Islam yang menyerang Israel sebagai balasan sesuai dengan Pasal 51 Piagam PBB.

Pasal ini memperbolehkan pertahanan yang bersifat sah, dan Iran menganggap mereka melakukan serangan ini sebagaimana yang diperlukan untuk menghadapi ancaman dari Israel. 

Editorial Team