Korsel Buka Hubungan Diplomatik dengan Kuba, Pukulan untuk Korut?

Jakarta, IDN Times - Kantor Kepresidenan Korea Selatan (Korsel) mengumumkan bahwa pihaknya telah menjalin hubungan diplomatik dengan Kuba pada Kamis (15/2/2024). Hal ini menandai puncak dari upaya diplomatik Seoul dengan negara-negara sosialis yang secara historis memelihara hubungan persahabatan dengan Korea Utara (Korut).
Korsel yakin tindakan tersebut akan memberikan pukulan telak untuk Pyongyang. Pernyataan tersebut datang menyusul pengumuman dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Korsel pada Rabu bahwa pihaknya telah bertukar nota diplomatik dengan Kuba di New York. Perwakilan mereka juga setuju untuk menjalin hubungan diplomatik dan konsuler.
"Pembentukan hubungan diplomatik dengan Kuba, satu-satunya negara non-diplomatik di kawasan Amerika Latin dan Karibia, menandai titik balik yang signifikan dalam meningkatkan diplomasi Korsel di kawasan tersebut," kata Kemenlu Korsel.
"Hal ini diharapkan dapat berkontribusi memperluas cakrawala diplomasi kami sebagai negara penting di dunia," sambungnya, dikutip dari Korea Herald.
1. Kuba sempat ragu menjalin hubungan dengan Korsel
Seorang pejabat senior kepresidenan Korsel ketika berbicara kepada wartawan di Seoul, menyebutkan bahwa Pyongyang secara tradisional menggambarkan hubungannya dengan Kuba sebagai 'hubungan persaudaraan'. Pembukaan hubungan diplomatik antara Seoul-Havana pasti akan menimbulkan pukulan politik dan psikologis yang signifikan ke Korut.
Dia juga mengatakan bahwa pemerintahan Presiden Yoon Suk Yeol telah secara aktif berupaya menjalin hubungan dengan Kuba. Pembentukan hubungan dengan Havana bukanlah persoalan sederhana, melainkan merupakan tujuan dan tantangan jangka panjang bagi Seoul. Pihaknya juga mengakui bahwa hubungan luas dan abadi Kuba dengan Korut merupakan hambatan besar.
Sejak 1960an, Kuba-Korut telah menjalin hubungan diplomatik. Sejak itu, kedua negara telah menjalin hubungan erat selama beberapa dekade, khususnya selama era Perang Dingin karena faktor ideologi anti-Amerika dan sosialis. Kuba bahkan telah memiliki kedutaan besar di Pyongyang.
"Pembentukan hubungan diplomatik dengan Kuba menandakan puncak dari hubungan diplomatik kami dengan negara-negara sosialis, termasuk negara-negara bekas Blok Timur yang bersahabat dengan Korut," kata pejabat tersebut.
"Ini dengan jelas menunjukkan, di mana letak gelombang utama dalam arus sejarah, serta siapa yang terlibat dalam gelombang besar tersebut," tambahnya.
Kuba juga disebut telah memainkan peran penting dalam Gerakan Non-Blok dan diplomasi dunia ketiga.