Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Bendera Korea Utara (Unsplash.com/Micha Brändli)
Bendera Korea Utara (Unsplash.com/Micha Brändli)

Jakarta, IDN Times – Adik perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, Kim Yo Jong, memperingatkan Korea Selatan (Korsel) terkait propaganda melalui pengeras suara di sepanjang perbatasan. Ia memperingatkan ancaman adanya tanggapan baru dari Korea Utara.

“Jika Korea Selatan secara bersamaan melakukan penyebaran selebaran dan provokasi yang menyiarkan melalui pengeras suara melintasi perbatasan, maka mereka pasti akan menyaksikan tindakan balasan baru dari DPRK,” kata Kim Yo Jong pada Minggu (9/6/2024), dilansir dari Reuters.

Korsel melanjutkan siaran melalui pengeras suara yang ditujukan ke Korea Utara pada Minggu. Menurut militer, langkah itu merupakan peringatan bahwa mereka akan melakukan hal serupa jika Pyongyang terus mengirimkan balon-balon yang membawa sampah ke Korea Selatan.  

1. Aksi saling balas di perbatasan

Pasukan militer Korea Utara di Ibu Kota Pyongyang. (Unsplash.com/Micha Brändli)

Korea Utara pada Sabtu meluncurkan sekitar 330 balon berisi sampah. Sekitar 80 di antaranya mendarat di perbatasan, kata militer Korea Selatan.

Langkah Korea Utara merupakan bentuk pembalasan atas selebaran anti-Utara yang sengaja diterbangkan oleh aktivis Korea Selatan sebagai bagian dari kampanye propaganda pda Mei.

Para aktivis Korsel yang merupakan pembelot Pyongyang mengirim informasi ke utara yang berisi kritikan terhadap pimpinan negara tersebut. Konten propaganda dilayangkan berisi selebaran, flashdisk USB berisi video dan drama K-pop, serta uang kertas dolar AS.

Pemerintah Korea Utara merasa sangat marah atas aksi tersebut. Dalam beberapa kasus, mereka menembakkan senjata ke arah balon dan pengeras suara Korsel.

2. Kedua pihak tak ingin ada ketegangan militer

Ilustrasi bendera Korea Selatan (Unsplash.com/Daniel Bernard)

Leif-Eric Easley, seorang profesor di Universitas Ewha di Seoul, mengatakan bahwa Korsel sama sekali tak menginginkan ketegangan militer di perbatasan antar-Korea. Sementara Pyongyang juga tak ingin informasi dari luar mengancam legitimasi rezim Kim.

"Bagi kedua pihak, meningkatkan eskalasi adalah proposisi yang berisiko," katanya.

Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNC) mengatakan pihaknya sedang melakukan penyelidikan terhadap balon-balon tersebut. Komando ini mengawasi gencatan senjata kedua pihak di perbatasan dan dipimpin oleh AS.

“Kami berharap semua orang akan datang ke meja perundingan untuk menyelesaikan masalah mereka,” kata Kolonel Angkatan Darat AS, Isaac Taylor, juru bicara UNC.

3. Kim menolak reunifikasi Korea

Stasiun kereta di ibu kota Korea Utara, Pyongyang. (Unsplash.com/Micha Brändli)

Dilansir AP, Kim Jong Un dalam beberapa tahun terakhir telah melancarkan kampanye intensif untuk menghilangkan pengaruh budaya dan bahasa Korea Selatan.

Pada Januari, Kim menyatakan bahwa Korea Utara akan meninggalkan tujuan lamanya yaitu unifikasi secara damai dengan Korea Selatan dan menulis ulang konstitusinya untuk menjadikan Korea Selatan sebagai musuh permanen.

Para ahli mengatakan upaya Kim untuk memperkuat identitas Korea Utara yang terpisah mungkin bertujuan memperkuat kekuasaan dinasti keluarga Kim.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team