Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza (Jaber Jehad Badwan, CC BY-SA 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0>, via Wikimedia Commons)
Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza (Jaber Jehad Badwan, CC BY-SA 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0>, via Wikimedia Commons)

Intinya sih...

  • 1.156 pasien meninggal dunia saat menunggu evakuasi medis

  • Listrik di RS Al-Awda di Gaza mati listrik karena kekurangan bahan bakar

  • Israel terus langgar ketentuan dalam gencatan senjata

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Sistem kesehatan di Gaza kini berada di ambang kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya, lantaran Israel terus memblokir masuknya pasokan medis ke wilayah tersebut. Kondisi ini membuat ribuan pasien Palestina terancam meninggal dunia atau mengalami kecacatan.

Dilansir dari Al Jazeera, Munir al-Barsh, direktur jenderal Kementerian Kesehatan Gaza, menyebut situasi di rumah sakit di seluruh wilayah tersebut tragis dan mengerikan. Fasilitas kesehatan kini mengalami krisis obat-obatan dan perlengkapan medis, terutama bahan sekali pakai untuk tindakan operasi.

Hampir 75 persen pasokan yang dibutuhkan juga tidak tersedia, ditambah kekurangan parah pada cairan medis, obat bius, kain kasa, dan perlengkapan dialisis. Selain itu, pemadaman listrik dan minimnya jumlah generator turut menghambat layanan kesehatan.

"Situasi ini adalah yang paling berbahaya sejak berdirinya Otoritas Palestina lebih dari 30 tahun lalu" kata Barsh.

1. 1.156 pasien meninggal dunia saat menunggu evakuasi medis

Korban luka akibat serangan Israel bukanlah satu-satunya kelompok yang terdampak oleh krisis ini. Barsh mengungkapkan, hampir sekitar 4 ribu pasien glaukoma terancam mengalami kebutaan permanen karena minimnya alternatif pengobatan, sementara hampir 40 ribu ibu hamil terpaksa tinggal di tempat penampungan yang tidak layak, sehingga membahayakan kesehatan mereka maupun janin yang dikandungnya.

Situasi kemanusiaan yang terus memburuk juga menempatkan sekitar 320 ribu anak di bawah usia 5 tahun dalam risiko mengalami malnutrisi. Meski mekanisme evakuasi medis ke luar Gaza tersedia, antrean yang panjang membuat banyak pasien meninggal dunia sebelum sempat menerima penanganan yang dibutuhkan.

Menurut Barsh, sedikitnya 1.156 pasien telah meninggal dunia saat menunggu izin perjalanan untuk berobat. Ia menyebutkan bahwa saat ini, hampir 20 ribu pasien masih berada dalam daftar tunggu untuk dirujuk ke luar Gaza, dengan sekitar 3.700 di antaranya dalam kondisi kritis.

2. Listrik di RS Al-Awda di Gaza mati listrik karena kekurangan bahan bakar

Dilansir dari Anadolu, listrik di Rumah Sakit Al-Awda di Gaza tengah padam pada Kamis (25/12/2025) malam, setelah bahan bakar yang dibutuhkan untuk mengoperasikan generator cadangan hampir habis. Hal ini menyebabkan layanan di sejumlah departemen rumah sakit terhenti dan seluruh jadwal operasi terpaksa ditunda.

Asosiasi Kesehatan dan Komunitas Al-Awda, lembaga yang mengoperasikan rumah sakit tersebut, memutuskan untuk tetap menjalankan layanan medis hanya di unit gawat darurat dan ruang bersalin guna mempertahankan layanan vital pada tingkat minimum. Kondisi ini berisiko menimbulkan dampak serius, terutama bagi pasien yang membutuhkan tindakan bedah darurat dan perawatan medis khusus.

Dalam pernyataannya, pihak rumah sakit menyampaikan bahwa cadangan bahan bakar saat ini telah berada pada level kritis. Seluruh layanan rumah sakit terancam berhenti sepenuhnya jika Israel terus menghalangi masuknya pasokan bahan bakar ke Gaza.

3. Israel terus langgar ketentuan dalam gencatan senjata

Sejak perang di Gaza meletus pada Oktober 2023, militer Israel kerap menargetkan fasilitas kesehatan, menyebabkan 125 di antaranya rusak, termasuk 34 rumah sakit. Israel juga membunuh lebih dari 1.700 tenaga kesehatan, serta dilaporkan masih menahan 95 dokter dan tenaga medis Palestina.

Meskipun gencatan senjata yang didukung Amerika Serikat (AS) telah berlaku sejak Oktober lalu, Israel masih terus melanggar kesepakatan tersebut dengan tidak mengizinkan masuknya truk bantuan medis sesuai jumlah yang telah disepakati.

Militer Israel juga telah membunuh lebih dari 400 warga Palestina dan melukai lebih dari 1.100 lainnya sejak dimulainya gencatan senjata. Secara keseluruhan, hampir 71 ribu warga Palestina tewas selama lebih dari 2 tahun perang Israel-Hamas, dengan sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team