Mantan Presiden Bolivia, Jeanine Anez. (Twitter.com/laderechadiario)
Sekitar bulan Maret 2021 lalu, Anez bersama beberapa mantan menteri Bolivia telah ditangkap dan jaksa mengatakan dia bersama para menteri ikut ambil bagian dalam kudeta terhadap Presiden Bolivia saat itu, Evo Morales, pada tahun 2019 lalu.
Morales mundur dari jabatannya serta melarikan diri dari Bolivia setelah panglima militer mendesaknya untuk mundur di tengah protes atas tuduhan kecurangan dalam pemungutan suara ketika itu.
Anez mengatakan dia adalah korban dari dendam politik oleh Partai Sosialis Bolivia. Partai tersebut menang telak dalam Pemilu Presiden Bolivia dan Kongres pada Oktober 2020 lalu, yang membuka jalan bagi Morales untuk kembali ke Bolivia dari Argentina serta mengambil alih kepemimpinan Partai Mas.
Sebagai senator paling senior di Bolivia, Anez ditunjuk menjadi Presiden Bolivia sementara usai Morales melarikan diri. Akan tetapi, para anggota Partai Mas menuduhnya bersekongkol dengan polisi dan tokoh militer yang merekayasa penggulingannya.
Atas penahanan tersebut, Anez menghadapi tuduhan terorisme, hasutan, dan konspirasi. Presiden Bolivia, Luis Arce, sebelumnya berjanji untuk mengejar mereka yang dituduh telah melakukan kudeta.
Oposisi Bolivia mengecam kurangnya pemisahan kekuasaan di Bolivia dengan mengatakan pengadilan, badan Pemilu dan kantor kejaksaan setempat semuanya setia kepada pemerintahan Arce.