Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bendera Latvia (unsplash.com/@marekssteins)

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Latvia Krisjanis Kariņs, pada Minggu (17/3/2024), mengatakan bahwa Rusia akan tetap menjadi ancaman Eropa setelah Presiden Rusia Vladimir Putin tidak lagi memimpin. Ia menyebut Rusia masih akan menggerakkan paham imperialismenya. 

"Dari sudut pandang NATO, kami masih akan mengalami masalah dengan Rusia untuk jangka panjang. Bahkan setelah perang ini usai dan perang yang akan datang. Kami akan tetap bermasalah dengan Rusia yang tidak berkaitan dengan kepemimpinan Putin," terangnya. 

Ia menambahkan, saat ini tidak melihat adanya pergerakan di Rusia untuk menunjuk pemimpin dengan paham liberal. Karins menyebut hal tersebut sepertinya tidak akan ada di masa yang akan datang. 

1. Kemlu Latvia tidak terkejut atas hasil pilpres Rusia

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Latvia tidak terkejut dalam melihat hasil pilpres di Rusia. Pihaknya juga menekankan bahwa Latvia tidak akan mempedulikan hasil tersebut. 

"Sosok individu yang bertanggung jawab terhadap dimulainya perang paling besar di Eropa setelah berakhirnya Perang Dunia II telah terpilih kembali sebagai Presiden Rusia. Proses yang dinamai pemilu ini tidak bebas dan tidak adil. Latvia menetapkan pemilu Rusia tidak punya legitimasi demokratis," ujarnya, dikutip LSM.

"Sejak 2000, Vladimir Putin sudah memimpin Rusia selama lebih dari 20 tahun lamanya. Bahkan, terdapat kemungkinan Putin menyelenggarakan pilpres periode kelima dengan amandemen Undang-Undang (UU) untuk menghilangkan periode pemerintahan sebelumnya," sambungnya. 

Selain itu, pilpres Rusia tahun ini diselenggarakan di tengah tekanan hebat dan sensor tinggi terhadap media independen. Kremlin juga terus meningkatkan pengaruh dan propagandanya di ranah penyebaran informasi. 

2. Latvia minta Inggris terapkan wajib militer di negaranya

Editorial Team

EditorBrahm

Tonton lebih seru di