Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
anak-anak di Gaza berdesakan mengantri makanan. (Ashraf Amra, CC BY-SA 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0>, via Wikimedia Commons)
anak-anak di Gaza berdesakan mengantri makanan. (Ashraf Amra, CC BY-SA 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0>, via Wikimedia Commons)

Intinya sih...

  • Direktur Eksekutif GHF, John Acree, menyatakan lembaganya menutup operasi karena telah berhasil membuktikan model penyaluran bantuan baru.

  • GHF mengklaim telah mengirimkan lebih dari 187 juta porsi makanan ke Gaza selama masa operasinya.

  • Tugas GHF akan diserahkan kepada Civil-Military Coordination Center (CMCC), sebuah pusat koordinasi yang dipimpin AS di Israel.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Gaza Humanitarian Foundation (GHF), sebuah organisasi bantuan yang didukung oleh Amerika Serikat (AS) dan Israel, mengumumkan penghentian operasinya di Jalur Gaza pada Senin (24/11/2025). GHF sendiri telah berdiri selama sembilan bulan di wilayah Palestina yang dilanda perang tersebut.

Organisasi yang kontroversial ini sebelumnya mengambil alih distribusi bantuan pada puncak operasi militer Israel, menggantikan peran organisasi bantuan lama termasuk PBB. Penutupan ini dilakukan secara permanen dengan klaim bahwa yayasan tersebut telah berhasil menyelesaikan misinya untuk menyalurkan makanan kepada warga sipil, dilansir Al Jazeera.

1. GHF klaim sukses distribusikan bantuan di Gaza

ilustrasi perbatasan Gaza. (unsplash.com/Emad El Byed)

Direktur Eksekutif GHF, John Acree, menyatakan lembaganya menutup operasi karena telah berhasil membuktikan model penyaluran bantuan baru. Ia menyebut GHF sebagai satu-satunya operasi bantuan yang berhasil memberikan makanan langsung kepada warga Palestina dalam skala besar tanpa penyelewengan.

Dalam pernyataan resminya, GHF mengklaim telah mengirimkan lebih dari 187 juta porsi makanan ke Gaza selama masa operasinya. Jumlah tersebut dianggap sebagai rekor operasi kemanusiaan yang memastikan bantuan pangan sampai ke keluarga Palestina dengan aman, dilansir The Guardian.

Selanjutnya, tugas GHF akan diserahkan kepada Civil-Military Coordination Center (CMCC), sebuah pusat koordinasi yang dipimpin AS di Israel. Transisi ini dilakukan setelah adanya pembicaraan intensif selama beberapa minggu antara GHF, CMCC, dan organisasi internasional lainnya.

"Kami telah berhasil dalam misi kami untuk menunjukkan bahwa ada cara yang lebih baik mengirimkan bantuan ke warga Gaza. GHF telah melakukan pembicaraan dengan CMCC dan organisasi internasional selama berminggu-minggu mengenai langkah ke depan dan jelas mereka akan mengadopsi model yang dirintis GHF," ujar Acree, dilansir France 24.

2. Mekanisme bantuan GHF menimbulkan kekacauan dan kekerasan

sudut kota Gaza. (unsplash.com/Emad El Byed)

Terlepas dari klaim kesuksesan GHF, operasi mereka di lapangan diwarnai oleh kritik dan laporan kekerasan yang serius. Para ahli hak asasi manusia (HAM) dan pengamat internasional mengecam skema bantuan ini karena dianggap melangkahi PBB dan memicu kekacauan di lokasi distribusi.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan lebih dari 2.100 warga Palestina tewas saat berusaha mencari bantuan, termasuk banyak di antaranya yang berada di dekat atau dalam perjalanan menuju fasilitas GHF. Saksi mata dan video yang beredar menunjukkan tentara Israel dan kontraktor keamanan swasta kerap melepaskan tembakan ke arah kerumunan warga yang kelaparan.

Sistem distribusi GHF juga dinilai memaksa para pencari bantuan untuk mempertaruhkan nyawa mereka demi mencapai lokasi yang dijaga ketat oleh pasukan militer. GHF diketahui hanya membuka empat titik distribusi, yaitu tiga Gaza selatan dan satu di dekat Kota Gaza.

Pihak militer Israel berdalih bahwa tembakan yang dilepaskan hanyalah tembakan peringatan untuk pengendalian massa atau jika pasukan dalam bahaya. Namun, investigasi independen dan kesaksian kontraktor di lokasi mengindikasikan penggunaan peluru tajam dan granat kejut terhadap warga sipil yang berebut makanan.

3. Hamas sambut penutupan GHF

Penutupan GHF memicu reaksi beragam antara pihak AS dan kelompok Hamas di Gaza. Kementerian Luar Negeri AS mengapresiasi langkah GHF dan menilai model yang diterapkan berhasil mencegah Hamas mengambil keuntungan dari bantuan tersebut.

Di sisi lain, Hamas menyambut penutupan tersebut dan menyebutnya sebagai langkah yang pantas bagi GHF yang dianggap merekayasa kelaparan. Mereka menuduh GHF bekerja sama dengan Israel untuk menciptakan kondisi berbahaya yang merendahkan martabat rakyat Palestina.

"Sejak memasuki Jalur Gaza, organisasi ini telah menjadi bagian dari aparat keamanan pendudukan melalui adopsi mekanisme distribusi yang tidak ada hubungannya dengan kemanusiaan. Mereka menciptakan kondisi berbahaya yang merendahkan martabat orang-orang lapar di antara rakyat Palestina saat mereka berusaha mendapatkan sepotong roti," ungkap Hamas dalam siaran persnya, dilansir CNN.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team