Israel Bombardir Gaza di Tengah Gencatan Senjata, 28 Orang Tewas

- Israel klaim targetkan pejuang Hamas
- Militer Israel mengklaim serangan udara menargetkan pejuang Hamas di Khan Younis, Gaza selatan. Namun, Hamas membantah dan mendesak negara penjamin gencatan senjata untuk menekan Israel.
- Hamas tolak resolusi DK PBB terkait rencana perdamaian di Gaza
- Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang mendukung rencana perdamaian Presiden AS Donald Trump di Gaza, namun ditolak oleh Hamas dan faksi Palestina lainnya.
- Israel langgar kesepakatan gencatan senjata hingga hampir 400 kali
- Israel telah melanggar perjanjian gencatan senjata hampir 400 kali sejak Oktober 202
Jakarta, IDN Times - Israel melancarkan serangkaian serangan udara di Jalur Gaza pada Rabu (19/11/2025), menandai pelanggaran baru terhadap kesepakatan gencatan senjata yang telah diberlakukan sejak bulan lalu. Sedikitnya 28 warga Palestina dilaporkan tewas dan 77 lainnya terluka.
Jurnalis Al Jazeera, Hani Mahmoud, mengatakan bahwa serangan Israel menargetkan tiga titik utama, termasuk daerah al-Mawasi di Gaza selatan. Israel juga menyerang persimpangan di kawasan Shujayea, bagian timur Kota Gaza, Shujayea, yang dipadati para pengungsi, dan sebuah bangunan di kawasan Zeitoun, di mana sedikitnya 10 orang tewas, termasuk satu keluarga.
“Seorang ayah, seorang ibu, dan ketiga anaknya tewas di dalam gedung ini,” kata Mahmoud, seraya menambahkan bahwa serangan yang semakin intens telah memicu kepanikan di seluruh Jalur Gaza.
1. Israel klaim targetkan pejuang Hamas
Dilansir dari BBC, militer Israel mengklaim bahwa serangan tersebut menargetkan pejuang Hamas, yang disebut menembak pasukan mereka di Khan Younis, Gaza selatan.
“(Tentara) akan terus bertindak tegas untuk menghilangkan segala ancaman terhadap Negara Israel,” kata militer.
Namun, Hamas membantah adanya tembakan terhadap tentara. Mereka menyebut klaim Israel tersebut sebagai upaya untuk membenarkan kejahatan dan pelanggaran yang mereka lakukan di Gaza.
“Kami menganggap ini sebagai eskalasi berbahaya yang dilakukan oleh penjahat perang (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu yang berupaya melanjutkan genosida terhadap rakyat kami,” kata kelompok Palestina tersebut. Mereka mendesak Turki, Amerika Serikat (AS), Mesir dan Qatar, sebagai negara penjamin perjanjian gencatan senjata, untuk menekan Israel agar menghentikan pelanggaran yang kini mengancam kelangsungan gencatan senjata.
2. Hamas tolak resolusi DK PBB terkait rencana perdamaian di Gaza
Sebelumnya, pada Selasa (18/11/2025), Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) mengeluarkan resolusi yang mendukung rencana perdamaian Presiden AS Donald Trump di Gaza, termasuk pengerahan Pasukan Stabilisasi Internasional (ISF) dan pembentukan badan pemerintahan transisi yang disebut Dewan Perdamaian. Namun, beberapa poin dalam proposal itu masih menjadi perdebatan, termasuk soal perlucutan senjata Hamas dan penarikan penuh pasukan Israel.
Trump sendiri menyambut baik resolusi tersebut dan menyebutnya sebagai momen yang bersejarah. Namun, Hamas dan faksi-faksi Palestina lainnya di Gaza menolaknya, dengan mengatakan bahwa kerangka yang diajukan bertentangan dengan hak dan tuntutan rakyat Palestina.
Kelompok hak asasi manusia Palestina Al-Haq pun meminta para anggota DK PBB untuk untuk menolak resolusi tersebut, karena dinilai dapat melemahkan serta menolak hak bangsa Palestina dalam menentukan nasib sendiri.
3. Israel langgar kesepakatan gencatan senjata hingga hampir 400 kali
Khaled Elgindy, peneliti senior di Quincy Institute for Responsible Statecraft, lembaga pemikir yang berbasis di AS, mengatakan serangan Israel di Gaza menguji kemampuan komunitas internasional dan sejauh mana resolusi DK PBB dapat dijalankan.
“Ini adalah ujian nyata bagi Dewan Keamanan (PBB), bagi Amerika Serikat, dan bagi komunitas internasional. Apakah mereka akan menjunjung gencatan senjata yang telah mereka rayakan selama berminggu-minggu?” katanya kepada Al Jazeera.
Para pendukung resolusi PBB berpendapat bahwa resolusi tersebut akan membantu menghentikan perang Israel di Gaza, yang telah menewaskan hampir 70 ribu warga Palestina sejak Oktober 2023. Namun, Elgindy menilai realitas di lapangan jauh berbeda. Menurut laporan, Israel telah melanggar perjanjian gencatan senjata hampir 400 kali sejak 10 Oktober lalu.
“Kita bahkan tidak melihat hal itu terjadi. Israel tidak sepenuhnya, bahkan tidak sebagian, mematuhi ketentuan gencatan senjata. Jika Amerika Serikat tidak mengambil tindakan, yang akan terjadi sebenarnya adalah kelanjutan perang dengan dalih gencatan senjata dan proses perdamaian — padahal kenyataannya justru sebaliknya," ujar Elgindy.



















