Melansir Reuters, Konvensi Semua Basotho (ABC), pemimpin pemerintahan sejak 2017, telah mengalami perpecahan di dalam partai dan menyebakan dua perdana menteri berbeda memimpin sebelum lima tahun pemerintahan berakhir. ABC akan bersaing ketat dengan Kongres Demokrat (DC) dan Revolusi baru untuk Kemakmuran (RFP).
"Pemilu ini akan sangat diperebutkan, DC dan RFP akan saling bersaing," kata Lefu Thaela, analis politik, menambahkan bahwa DC kemungkinan akan mendapatkan suara terbanyak, tapi jika mereka tidak memenangkan mayoritas langsung, ABC kemungkinan akan memimpin.
Thomas Thabane, pemimpin ABC, mengundurkan diri sebagai perdana menteri pada 2020. Hal itu dilakukan setelah ditetapkan sebagai terdakwa dalam pembunuhan mantan istrinya. Tuduhan itu telah dibatalkan.
Posisi Thabane sebagai perdana menteri digantikan Moeketsi Majoro, yang mendeklarasikan keadaan darurat pada Agustus. Keputusan itu diambil setelah parlemen gagal meloloskan reformasi konstitusi untuk mengubah segala sesuatu mulai dari peran partai politik, aturan tentang persilangan di parlemen, hingga penunjukan pejabat senior dan jabatan perdana menteri.
Reformasi itu diharapkan dapat membantu Lesotho tidak terlalu rentan terhadap kebuntuan politik, tapi saat ini justru terjebak dalam kebuntuan itu sendiri. Bulan lalu, pengadilan tertinggi Lesotho memutuskan keadaan darurat yang diumumkan tidak sesuai konstitusional.