Jakarta, IDN Times – Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengakui adanya kekerasan yang dilakukan pasukan negaranya di Kamerun selama dan setelah perjuangan kemerdekaan negara Afrika Tengah itu. Pernyataan ini disampaikan melalui surat kepada Presiden Kamerun, Paul Biya, yang dipublikasikan Selasa (12/8/2025).
“Saat ini saya bertanggung jawab untuk mengakui peran dan tanggung jawab Prancis dalam peristiwa-peristiwa tersebut,” tulis Macron.
Dilansir dari The Hindu, pengakuan ini muncul setelah laporan gabungan sejarawan Kamerun dan Prancis dipublikasikan. Laporan tersebut dibentuk saat kunjungan Macron ke Yaoundé pada 2022 untuk meneliti penindasan gerakan kemerdekaan dari 1945 hingga 1971.
Temuan itu mengungkap perang di Kamerun yang melibatkan kekerasan represif, pengungsian massal, penahanan ratusan ribu warga di kamp interniran, hingga dukungan pada milisi brutal yang terus berlanjut setelah kemerdekaan pada 1 Januari 1960.