Mahasiswa Indonesia SOAS Universitas London menggelar Festival Kembang Goyang. (dok. Istimewa)
Selain itu, beberapa penampilan musik dan tari silih berganti mengisi panggung menyemarakkan suasana. Dimulai dengan petikan dawai oud oleh Mow Ray yang melantunkan lagu-lagu daerah, kemudian disusul gubahan musik kontemporer angklung oleh Indonesian Angklung Club yang disambut dengan riuh tepuk tangan dari para penonton.
“Banyak yang merasa acara ini sifatnya sangat friendly, tanpa hierarki yang terlalu formal dan benar-benar terasa seperti pesta rakyat,” kata Christine Toelle, sang ketua panitia yang juga merupakan mahasiswi pascasarjana program Antropologi SOAS, dalam keterangan yang diterima IDN Times, Senin (17/6/2024).
Kembang Goyang tahun ini makin spesial dengan kehadiran Tara Nursalim-Paul yang membawakan Tari Gending Sriwijaya. Tari daerah Palembang, Sumatra Selatan yang lahir pada 1945 dari kreativitas Delima Rozak itu ditampilkan Tara lengkap dengan pakaian tradisional dari daerah asalnya. Perhatian komunitas multikultur SOAS di JCR langsung tertuju ke Tara. Antusiasme peserta pun berlanjut ke sesi workshop yang diberikan Tara selepas mempersembahkan tarian tersebut.
Beberapa peserta pelatihan tari tampak canggung pada awal sesi, tetapi satu per satu terlihat makin luwes dan menikmati setiap gerakan yang diajarkan Tara. Dengan animo yang ditunjukkan, pelatihan yang berlangsung selama kurang lebih dua jam itu dinilainya cukup berhasil. Dia mengakui pelatihan tari tidak hanya memerlukan keinginan belajar dan keterampilan, tetapi juga kepercayaan diri untuk berekspresi melalui gerakan tubuh.