Perdana Menteri India Narendra Modi. (Twitter.com/PMO India)
Dilansir Reuters, keputusan pengadilan dipandang sebagai kemunduran bagi BJP, yang dipimpin Perdana Menteri Narendra Modi. BJP merupakan penerima manfaat terbesar dari sistem pendanaan tersebut yang diperkenalkan pemerintahan Modi pada tahun 2017.
Individu dan perusahaan hingga November tahun lalu total telah membeli obligasi tersebut senilai 165,18 miliar rupee (Rp31,1 triliun), menurut Asosiasi Reformasi Demokratik (ADR), sebuah kelompok masyarakat sipil non-pemerintah yang mengawasi pendanaan pemilu di India. Kelompok tersebut adalah pihak pemohon yang menentang sistem tersebut.
Dari obligasi senilai 120,1 miliar rupee (Rp22,6 triliun) yang terjual hingga akhir tahun anggaran Maret 2023 sejak diperkenalkan, BJP telah menerima lebih dari setengahnya senilai 65,66 miliar rupee (Rp12,3 triliun).
Hanya partai politik terdaftar yang memperoleh tidak kurang dari 1 persen suara dalam pemilu terakhir di parlemen atau dewan negara bagian yang dapat menerima obligasi tersebut, yang harus mereka cairkan dalam waktu 15 hari.